Rabu, 29 Desember 2010

NM Khoirul Umam Loram Kulon Jati Kudus


Dalam mengarungi kehidupan, sebenarnya ada banyak pelajaran yang dapat diambil. Bisa berasal dari mana saja dan kapan saja. Saat berada di perjalanan, saat akan tidur, saat makan, atau saat-saat yang lain. Bisa juga saat berada di tempat-tempat yang kita hadir didalamnya. Atau, bisa dari makhluk dan lingkungan sekitar yang berupa tumbuhan, binatang ataupun manusianya.

Tafakkaruu.. berfikirlah..

Jika kita tanggap pasti ada hikmah dalam segala hal, hanya saja terkadang kita kurang ilmu atau bisa jadi karena terlalu fokus terhadap apa yang kita sibukkan.


Read more: http://www.resensi.net/kisah-hidup-cicak-10-tahun/2010/07/#ixzz19TMRGV17

Bunda Syaidina Khotijah dan Bunda Nayya


Sebuah Harapan dan Doa untuk Bunda Nayya.

Kami menyadari tulisan ini tidak mungkin cukup untuk menggambarkan kemuliaan Sayyidah khodijah a.s, tapi inilah upaya yang bisa kami lakukan untuk membesarkan dan memuliakan ibunda a.s, semoga bermanfaat

Khadijah a.s, istri Rasulullah saw., merupakan sosok yang sangat agung. Sayyidah Khadijah adalah wanita Quraisy yang nasabnya paling terhormat, paling kaya, dan cerdas, juga cantik dari segi fisik dan akhlaqnya. Di samping itu, ia juga memiliki sifat-sifat yang mulia. Semua kelebihan itu terkumpul pada dirinya.

Ayahnya bernama Khuwailid, salah seorang tokoh suku Quraisy yang sangat dihormati. Sedangkan ibunya adalah Fathimah, yang nasabnya bersambung kepada silsilah para nabi yang penuh berkah. Oleh sebab itu, Sayyidah Khadijah adalah istri yang nasabnya paling dekat kepada Nabi SAW.

Khadijah lahir di Mekah , Ia adalah putrid Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qusay. Sedang Nabi SAW adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abd Manaf bin Qusay. Jadi keduanya masih dari satu garis keturunan Qusay.
Khuwailid, ayah Khadijah, adalah seperti kebanyakan anggota suku Quraisy Mekah, seorang saudagar. Setelah meninggalnya sang ayah,Khadijah mengurusi bisnis keluarga, dan dengan cepat mengembangkannya. Dengan keuntungan yang didapatnya, ia menolong kaum papa, para janda, anak-anak yatim, orang-orang sakit dan cacat. Kalau ada gadis-gadis miskin, Khadijah menikahkan mereka, dan memberikan mahar untuk mereka.
Khadijah sendiri adalah orang yang lebih senang tinggal di rumah, sedangkan saudara-saudara serta para sepupunya pun tidak menunjukkan ketertarikan untuk melakukan perjalanan bersama kafilah dagang. Karenanya, dia merekrut seorang agen manakala kafilah telah siap berangkat, ia merupakan seorang pedagang terkaya di Mekah.

Ibnu Sa’ad dalam kitab Tabaqat mengatakan bahwa kapan pun kafilah-kafilah Mekah berangkat dalam perjalanan mereka, muatan milik Khadijah setara dengan milik seluruh pedagang Quraisy lainnya. Dia memiliki ungkapan “sentuhan emas”, yaitu manakala ia menyentuh debu maka debu itu niscaya akan berubah menjadi emas. Sebab itulah penduduk Mekah memberinya julukan “Putri Quraisy” (The Princess of Quraisy). Mereka juga menyebutnya “Putri Mekah” (The Princess of Makkah).

Seluruh jazirah Arab merupakan masyarakat yang didominasi laki-laki. Perempuan tidak memeliki kehormatan, bagaimanapun hebatnya ia. Banyak orang Arab meyakini bahwa perempuan adalah pembawa sial, mereka memperlakukan perempuan lebih seperti binatang ternak daripada layaknya manusia. Dalam banyak kasus, mereka membunuh bayi perempuan mereka karena ketakutan, bahwa ia (anak perempuan) akan menjadi tawanan dalam perang antarsuku, dan karenanya menjadi budak musuh, dan statusnya sebagai budak akan membuat hina keluarga dan sukunya. Mereka membunuhnya dengan alasan takut miskin.

Islam menetapkan pembunuhan terhadap bayi perempuan sebagai kejahatan besar.
Allah berfirman,
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa besar” (QS Al-Isra : 31)

Khadijah menjadi incaran para pemuda dan pemuka Quraisy. Namun Allah memberikan karunia kepadanya untuk menjadi istri Nabi Muhammad SAW.

Selain dua gelar tadi, yang lebih menabjukan lagi, Khadijah juga mendapat julukan ath-Thahirah artinya “Yang Suci”. Hebatnya, gelar itu diberikan oleh bangsa Arab, orang-orang yang tersohor dengan keangkuhannya, kesombongannya dan fanatisme keunggulan kaum laki-lakinya. Tetapi, akhlak Khadijah merupakan teladan yang demikian konsisten, sehingga berhasil mendapat pengakuan dari mereka dan memanggilnya “Yang Suci”.

Orang Arab memanggilnya “Putri Mekah” karena kekayaannya, dan mereka memanggil ath-Thahirah disebabkan reputasinya yang suci, wanita yang berbudi luhur, dengan pribadi yang mulia. Oleh karena itu, maka tidak dapat dielakan lagi bahwa Khadijah menarik perhatian para tokoh dan pemuka Arab. Banyak dari mereka yang mengajukan lamaran kepadanya. Akan tetapi, ia tidak mengindahkannya. Tidak putus asa dengan penolakannya, mereka mencari laki-laki ataupun wanita yang berpengaruh dan memeiliki wibawa untuk menjadi perantara bagi mereka dengannya.

Penolakan Khadijah untuk menerima lamaran pernikahan yang diajukan oleh para petinggi dan penguasa tanah Arab menimbulkan banyak spekulasi laki-laki,seperti apakah yang ia inginkan? Akan tetapi, sang nasib mengetahui jawabannya ; ia akan menikah dengan seseorang yang tidak hanya terbaik di seluruh tanah Arab,tapi juga terunggul dan termulia dari seluruh penciptaan.

Pada awal tahun 595 M, para pedagang Mekah mengumpulkan kafilah musim panas mereka agar membawa dagangan mereka ke Syiria. Khadijah juga telah menyiapkan barang dagangannya, akan tetapi ia tidak mendapati seorang laki-laki yang akan berwenang sebagai agennya. Beberapa orang telah disarankan padanya, namun ia tidak puas.

Melalui beberapa kolega di serikat dagang Mekah, Abu Thalib mengetahui bahwa Khadijah sedang membutuhkan seorang agen untuk membawa barangnya bersama kafilah ke Syiria. Terpikir oleh Abu Thalib bahwa kemenakannya, Muhammad yang berusia 25 tahun,cocok untuk pekerjaan tersebut. Ia tahu bahwa Muhammad tidak mempuinyai pengalaman sebagai agen, tetapi ia pun tahu bahwa Muhammad akan lebih dari mengejar kekurangannya tersebut dengan bakat yang dimilikinya, ia yakin dengan kemampuan dan kapasitas kemenakannya.Karenanya, Abu Thalib menemui Khadijah.

Seperti kebanyakan penduduk Mekah lainnya, Khadijah juga telah mendengar tentang integritas Muhammad, orang-orang Mekah menyebutnya ash-Shadiq dan al-Amin. Ia merasa dapat mempercayai Muhammad secara lahir maupun bathin. Ia pun segera setuju untuk menunjuk Muhammad sebagai agennya. Ia mengutus budaknya Maisarah seorang musafir berpengalaman agar bersama Muhammad untuk membantunya dalam tugas tersebut.

Setelah hampir sebulan, kafilah tiba di Syria . Setelah beristirahat, mereka menjualya di pasar, sebagian dijual dengan tunai segaian lagi dengan cara barter dengan barang lainnya. Akhirnya, ketika seluruh transaksi penjualan dan pembelian telah selesai, kafilahpun kembali ke Mekah.

Kedatangan sebuah kafilah selalu membuat kegembiraan siisi kota . Sebagaimana kebiasaan lama para saudagar dan agen berbagai kafilah tersebut juga mambawa pulang pemberian serta oleh-oleh untuk kerabat dan sahabat. Setiap orang berhasrat melihat buah tagan yang mempesona di depan mata mereka, yakni berbagai kekayaan Syria serta kemewahan kekaisaran Persia dan Romawi.

Setelah memasuki Mekah, pertama-tama, Muhammad pergi ke pelataran Kab’ah di mana ia melakukan tawaf, kemudian pergi menemui Khadijah. Ia berikan detil laporan perjalanan serta trasaksi yang ia jalankan atas namanya. Maisarah, budak Khadijah memiliki cerita sendiri untuk diberitahukan pada Khadijah. Namun baginya jauh lebih menarik keberhasilan misi perniagaan tersebut, ialah karakter dan kepribadian Muhammad sebagai pegusaha. Ia katakana bahwa perhitungan Muhammad jitu, penilaiannya sempurna dan persepsinya tepat. Ia juga menyebutkan keramahan, kesopanan serta kerendahan hati Muhammad.

Khadijah tertarik pada cerita Maisarah, dan ia mengajukan banyak pertanyaan padanya perihal agen barunya, Muhammad. Tampak bahwa charisma dan kecakapan Muhammad telah memikat hati Khadijah, seperti Maisarah, ia pun menjadi pengagumnya. Akan tetapi ketakjubannya terhadap kepribadian Muhammad lebih besar dan lebih mendalam dari semua itu. Maka mulailah muncul perasaan-perasaan aneh yang berbaur dibenaknya, yang belum pernah beliau rasakan sebelumnya. Pemuda ini tidak sebagaimana kebanyakan laki-laki lain.

Diceritakan seorang temannya yang bernama Nafisah binti Munyah, yang menjadi mak comblang, suatu hari menjumpai Muhammad pulang dari Ka’bah, dan Nafisah menghentikannya, percakapan berikut terjadi di antara mereka :
Nafisah : “Wahai Muhammad, engkau seorang pemuda dan masih lajang. Laki-laki yang jauh lebih muda darimu telah menikah, beberapa bahkan telah memiliki anak. Maka mengapa engkau tidak menikah ?”
Muhammad : “Aku tidak mampu menikah, kehidupanku masih bergantung kepada pamanku ”
Nafisah : “Apa pendapatmu seandainya engkau dapat menikah dengan seseorang perempuan cantik, kaya, berkedudukan dan mulia, tanpa mempedulikan kemiskinanmu?”
Muhammad : “Siapakah kiranya wanita itu ?”
Nafisah : ”Wanita itu adalah Khadijah putrid Khuwailid.”
Muhammad : “Khadijah ? Bagaimana mugkin Khadijah mau menikah denganku ? Engkau tahu bahwa banyak pemuka Arab yag kaya serta berkuasa, juga para ketua suku yang melamarnya, namun Khadijah menolak mereka.Tapi Jika dia setuju maka akupun setuju.”

Kemudian Nafisah pergi menemui Khadijah untuk menyampaikan kabar gembira tersebut, sedangkan Muhammad al-Amin memberitahukan kepada paman-paman beliau tentang keinginannya untuk menikahi sayyidah Khadijah. Kemudian berangkatlah Abu Tholib, Hamzah dan yang lain menemui paman Khadijah yang bernama Amru bin Asad untuk melamar Khadijah bagi putra saudaranya, dan selanjutnya menyerahkan mahar.

Pidato Abu Thalib saat pernikahan dan sebagai wali mempelai pria : “Segala puja dan puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi, dan syukur kepada-Nya untuk semua keberkahan, kemurahan, dan kasih-Nya. Dia mengirim kita ke dunia ini sebagai keturunan Ibrahim dan Ismail. Dia memberi kita wewenang atas masjid dan menjadikan kita penjaga-penjaga rumah-Nya “Ka’bah” yang aman dan suci bagi seluruh makhluk-makhluk- Nya.

Keponakanku, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib, adalah orag terbaik di kalangan manusia karena kecerdasannya, kebijaksanaannya, kesucian keturunannya, kesucian kehidupan pribadinya, serta kehormatan keluarganya. Dia memiliki seluruh tanda-tanda untuk ditakdirkan menjadi orag besar. Dia menikahi Khadijah putri Khuwailid degan mahar 400 dirham emas. Aku nyatakan Muhammad dan Khadijah sebagai suami istri. Semoga Allah memberkahi mereka berdua”

Waraqah bin Naufal berdiri membacakan pidato pernikahan atas nama mempelai wanita : “Segala puja dan puji bagi Allah. Kami menyaksikan dan membenarkan bahwasanya Bani Hasyim sebagaimana yang telah engkau katakan. Tidak ada yang menolak keutamaan mereka, kami menginginkan pernikahan Khadijah dan Muhammad. Pernikahan mereka menyatukan dua rumah kita, dan bersatunya mereka merupakan sumber kebahagiaan besar bagi kita. Wahai penguasa Mekah, aku ingin kalian bersaksi bahwa aku menyerahkan Khadijah kepada Muhammad bin Abdullah dengan mahar 400 dirham emas. Semoga Allah SWT membuat pernikahan mereka bahagia”

Pernikahan Muhammad dan Khadijah tersebut adalah yang pertama dan terakhir di dunia ini. Ia adalah satu-satunya pernikahan di seluruh dunia yang mendapat berkah dari langit . Ia merupakan pernikahan yang tak terhitung dan terukurkan banyaknya keberkahan, baik dari langit maupun bumi.

Maka jadilah Sayyidah Quraisy sebagai istri dari Muhammad al-Amin dan jadilah dirinya sebagai contoh yang paling utama dan paling baik dalam hal mencintai suami dan mengutamakan kepentingan suami dari pada kepentingan sendiri. Manakala Muhammad mengharapkan Zaid bin Haritsah, maka dihadiahkanlah oleh Khadijah kepada Muhammad. Demikian juga tatkala Muhammad ingin mengambil salah seorang dari putra pamannya, Abu Tholib, maka Khadijah menyediakan suatu ruangan bagi Ali bin Abi Tholib Rodhiallâhu ‘anhu agar dia dapat mencontoh akhlak suaminya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah memberikan karunia pada rumah tangga tersebut berupa kebehagaian dan nikmat yang berlimpah, dan mengkaruniakan pada keduanya putri Fatimah yang memiliki dan mewarisi semua kemuliaan mereka berdua.

Pada suatu ketika Muhammad yang merasakan kegundahan hatinya melihat prilaku kaum Qurais pada saat itu, mendapat panggilan hati untuk melakukan perenungan di gua Hiro untuk memehon petunjuk Tuhannya atas apa yang harus ia perbuat untuk memperbaiki masyarakat pada saat itu.

Sayyidah ath-Thahirah tidak merasa tertekan dengan tindakan nabi Muhammad yang terkadang harus berpisah jauh darinya, tidak pula beliau mengusir kegalauannya dengan banyak pertanyaan maupun mengobrol yang tidak berguna, bahkan beliau mencurahkan segala kemampuannya untuk membantu suaminya dengan cara menjaga dan menyelesaikan tugas yang harus dia kerjakan dirumah. Apabila dia melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pergi ke gua, kedua matanya senantiasa mengikuti suaminya terkasih dari jauh. Bahkan dia juga menyuruh orang-orang untuk menjaga beliau tanpa mengganggu suaminya yang sedang menyendiri.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal di dalam gua tersebut hingga batas waktu yang Allah kehendaki, kemudian datanglah Jibril dengan membawa kemuliaan dari Allah sedangkan beliau di dalam gua Hira’ pada bulan Ramadhan. Jibril datang dengan membawa wahyu. Selanjutnya beliau Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam keluar dari gua menuju rumah beliau dalam kegelapan fajar dalam keadaaan takut, khawatir dan menggigil seraya berkata: “Selimutilah aku ….selimutilah aku …”.

Setelah Khadijah meminta keterangan perihal peristiwa yang menimpa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau menjawab:”Wahai Khadijah sesungguhnya aku khawatir terhadap diriku”.

Maka Istri yang dicintainya dan yang cerdas itu menghiburnya dengan percaya diri dan penuh keyakinan berkata: “Allah akan menjaga kita wahai Abu Qasim, bergembiralah wahai putra pamanku dan teguhkanlah hatimu. Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, sungguh aku berharap agar anda menjadi Nabi bagi umat ini. Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selamanya, sesungguhnya engkau telah menyambung silaturahim, memikul beban orang yang memerlukan, memuliakan tamu dan menolong para pelaku kebenaran.

Maka menjadi tentramlah hati Nabi berkat dukungan ini dan kembalilah ketenangan beliau karena pembenaran dari istrinya dan keimanannya terhadap apa yang beliau bawa.

Adapun Khadijah adalah seorang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan yang pertama kali masuk Islam.

Beliau adalah seorang istri Nabi yang mencintai suaminya dan juga beriman, berdiri mendampingi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang dicintainya untuk menolong, menguatkan dan membantu beliau dalam menghadapi kerasnya gangguan dan ancaman sehingga dengan hal itulah Allah meringankan beban Nabi-Nya. Tidaklah beliau mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, baik penolakan maupun pendustaan yang menyedihkan beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali Allah melapangkannya melalui istrinya bila beliau kembali ke rumahnya. Beliau (Khadijah) meneguhkan pendiriannya, menghiburnya, membenarkannya dan mengingatkan tidak berartinya celaan manusia pada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ayat-ayat Al-Qur’an juga mengikuti (meneguhkan Rasulullah), Firman-Nya:

“Hai orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Rabb-Mu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabb-Mu, bersabarlah!”(Al-Muddatsts
ir:1-7).

Sehingga sejak saat itu Rasulullah yang mulia memulai lembaran hidup baru yang penuh barakah dan bersusah payah. Beliau katakan kepada sang istri yang beriman bahwa masa untuk tidur dan bersenang-senang sudah habis. Khadijah a.s turut mendakwahkan Islam disamping suaminya -semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada beliau. Diantara buah yang pertama adalah Islamnya Zaid bin Haritsah dan juga keempat putrinya semoga Allah meridhai mereka seluruhnya.

Mulailah ujian yang keras menimpa kaum muslimin dengan berbagai macam bentuknya, akan tetapi Khadijah berdiri kokoh bak sebuah gunung yang tegar kokoh dan kuat. Beliau wujudkan Firman Allah Ta’ala:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedangkan mereka tidak diuji lagi?”. (Al-’Ankabut:1-2).

Allah memilih kedua putranya yang pertama Abdullah dan al-Qasim untuk menghadap Allah tatkala keduanya masih kanak-kanak, sedangkan Khadijah tetap bersabar. Beliau juga melihat dengan mata kepalanya bagaimana syahidah pertama dalam Islam yang bernama Sumayyah tatkala menghadapi sakaratul maut karena siksaan para thaghut hingga jiwanya menghadap sang pencipta dengan penuh kemuliaan.

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberikan kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang di utamakan”. (Ali Imran:186).

Begitulah Sayyidah mujahidah tersebut telah mengambil suaminya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai contoh yang paling agung dan tanda yang paling nyata tentang keteguhan diatas iman. Oleh karena itu, kita mendapatkan tatkala orang-orang Quraisy mengumumkan pemboikotan mereka terhadap kaum muslimin untuk menekan dalam bidang politik, ekonomi dan kemasyarakatan dan mereka tulis naskah pemboikotan tersebut kemudian mereka tempel pada dinding ka’bah; Khadijah tidak ragu untuk bergabung dengan kaum muslimin bersama kaum Abu Thalib dan beliau tinggalkan kampung halamannya untuk menempa kesabaran selama tiga tahun bersama Rasul dan orang-orang yang menyertai beliau menghadapi beratnya pemboikotan yang penuh dengan kesusahan dan menghadapi kesewenang-wenangan para penyembah berhala.

Hingga berakhirlah pemboikotan yang telah beliau hadapi dengan iman, tulus dan tekad baja tak kenal lelah. Sungguh Sayyidah Khadijah telah mencurahkan segala kemampuannya untuk menghadapi ujian tersebut. Selang enam bulan setelah berakhirnya pemboikotan itu wafatlah Abu Thalib r.a, kemudian menyusul,sang istri tercinta seorang mujahidah yang sabar -semoga Allah meridhai beliau- tiga tahun sebelum hijrah.

Dengan wafatnya Khadijah maka meningkatlah musibah yang Rasul hadapi. Karena bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Khadijah adalah teman yang tulus dalam memperjuangkan Islam.

Begitulah Nafsul Muthmainnah telah pergi menghadap Rabbnya setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan, setelah beliau berhasil menjadi teladan terbaik dan paling tulus dalam berdakwah di jalan Allah dan berjihad dijalan-Nya. Dalam hubungannya, beliau menjadi seorang istri yang bijaksana, maka beliau mampu meletakkan urusan sesuai dengan tempatnya dan mencurahkan segala kemampuan untuk mendatangkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Karena itulah beliau berhak mendapat salam dari Rabb-nya dan mendapat kabar gembira dengan rumah di surga yang terbuat dari emas, tidak ada kesusahan didalamnya dan tidak ada pula keributan didalamnya. Karena itu pula Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik wanita penghuni surga adalab Maryam binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid”.

Khadijahpun menjadi wanita teristimewa bagi Rasulullah, sehingga beliau tidak menikah lagi selama hidup bersama Khadijah. Demikian pula Rasulullah sering menyebut-nyebut nama Khadijah dan memuliakan dan mendudukkan nya ditempat yang paling agung dan mulia disisinya hingga akhir hayatnya

Dalam boikot yang kejam dan menyiksa, dilembah bakkah,
menderita dan terpenjara…..,
terlunta-lunta,
lapar memuncak, haus menggila, menjerit rintih, menusuk bagai duri,
dedaunanpun menjadi santapan terlezat,
ternikmat yang dirasa,

sementara tak ada lagi airmata yang tersisa,
pamanda tercinta Abu tholib pergi slamanya,
hilanglah sang benteng pertahanan,
yang senantiasa melindungi,
senantiasa mencintai…….

sementara tak ada lagi isak tangis yang keluar,

istri tercinta Khadijah Al-kubro sakit keras,
lemah dipembaringan,
dengan mata cekung,
dan tubuh yang kurus kering,…….wahai cintaku……
engkaulah permaisuriku,
yang relakan hidupmu menderita ,
berhiaskan tangis dan airmata,
berirama rintihan nestapa,
kala sedih….
kau menghiburku dengan senyum dan tawa,
kala putus asa ….kau merayu membangkitkan jihadku
kala buntu…kau menginfakkan hartamu,
Bidadari surgaku…..
biarkan cinta mendekapmu, memelukmu…..
dan pergilah dalam pelukan hatiku…….

seraya Khadijah al-Kubro tersenyum manis…..
bersama senyuman Cintanya……………
mengiringi belaian kasih sayangnya………

Ayah dan Bunda Nayya


Ini adalah himmah atau cita-cia Ayah dan Bunda Nayya, Ainayya anindita-Kudus



Nama : Fatimah
Gelar : Az-zahra, Al-Batul, Ummul Al-Aimmah, Ummu Abiha, Sayyidah Nisa’ Al-‘Alamin,Ash-Shiddiqah, Al-Mubarokah, At-Thahirah, Az-zakiyah, Ar-Rhodiyah, Al-Mardiyah, Al-Muhadditsah,
Ayah : Muhammad Rosulullah
Ibu : Khadijah Al-kubro
Tempat, tanggal lahir : Makkah, Jum’ah 20 Jum’adil Tsani
Hari/Tanggal Wafat : Selasa, 3 Jumadil Tsani tahun 11 H
Usia : 18 tahun
Anak : 4 orang, 2 putra(Al-Hasan dan Al-Husain) dan 2 putri(Zainab dan Ummu Kultsum)

1. Kelahiran

Fatimah adalah putri bungsu Muhammad, ia adalah bidadari dalam wujud manusia, sebagaimana sabda Nabi Saww: “Ketika aku mir’raj ke langit maka Jibril memegang tanganku dan membawaku masuk ke dalam surga, dia(Jibril) memberiku kurma rutob dan aku memakannya, lalu kurma itu berubah menjadi air mani di dalam tulang sulbiku, dan ketika aku turun ke bumi aku berhubungan dengan Khadijah dan akhirnya ia mengandung Fatimah a.s. dan Fatimah adalah manusia bidadari. Setiap kali aku rindu akan harum semerbaknya surga maka aku cium bau harumnya putriku Fatimah”.
Menurut sebuah riwayat yang berasal dari Imam Shadiq a.s. Fatimah a.s. dilahirkan pada tanggal 20 jumadil Akhir, pada waktu Nabi berusia 45 tahun,ia tinggal di Mekah selama 8 tahun, dan di Madinah 10 tahun, dan ditambah 75 hari setelah ayahnya wafat. Beliau a.s. wafat pada hari selasa, tanggal 3 Jumadil Akhir tahun 11 H. juga sebuah riwayat yang berasal dari Imam Shadiq a.s. mengatakan bahwa Fatimah a.s. disisi Allah mempunyai 9 nama, yaitu Fatimah, Ash-Shiddiqah, Al-Mubarokah, Ath-Thahirah, Az-zakiyah, Ar-Rhodiyah, Al-Mardiyah, Al-Muhadditsah, dan Az-Zahra…
Sewaktu kelahiran Fatimah, Khadijah menggambarkan sebagai berikut : “Pada waktu kelahiran Fatimah, aku meminta bantuan wanita-wanita Quraisy tetanggaku, untuk menolong. Mereka menolak mentah-mentah sambil mengatakan bahwa aku telah mengkhianati mereka dengan mendukung Muhammad. Sejenak aku bingung dan aku terkejut luar biasa ketika aku melihat empat orang tinggi besar yang tak kukenal, dengan lingkaran cahaya di sekitar mereka mendekati aku. Mendapati aku dalam kecemasan, salah seorang dari mereka menyapaku, ” Wahai Khodijah! Aku adalah Sarah ibunda Ishaq, dan tiga orang yang bersamaku adalah Maryam ibunda Isa; Asiah, putri Muzahim; dan Ummu Kultsum saudara perempuan Musa. Kami semua diperintahkan oleh Allah untuk menguraikan ilmu keperawatan kami jika anda bersedia.”sambil mengatakan hal tersebut, mereka semua duduk di sekelilingku dan memberikan pelayanan kebidanan sampai putriku Fatimah lahir.
Dalam suatu riwayat lain Dari Mufadhol bin Umar berkata “Aku bertanya kepada Abu Abdillah Ashodiq a.s. tentang kelahiran Fatimah beliau bersabda : “Sesungguhnya ketika Khadijah menikah dengan Rosulullah Saww dia diejek oleh wanita-wanita Mekah, mereka tidak masuk ke tempatnya tidak mengucapkan salam kepadanya dan tidak membiarkan seorang wanitapun masuk ke tempatnya, sehingga Khadijah menjadi risau karenanya. Ia berduka dan bersedih hati jika Rosul Saw keluar rumah. Maka ketika ia mengandung Fatimah, bayi dalam kandungannya menjadi temannya. “Pada suatu hari Rosul Saw masuk dan mendengar Khadijah berbincang-bincang dengan bayi dalam kandungannya. Beliaupun bertanya kepadanya;” Wahai Khadijah siapa yang berbicara denganmu? ‘ Janin yang berada dalam perutku ia berbicara padaku dan menyenangkanku,’ jawab Khadijah. Maka Rosulullah Saw berkata kepadanya, ”Malaikat Jibril memberi kabar gembira bahwa bayi itu perempuan. Ia orang suci dan diberkahi. Allah akan menjadikan keturunannya para imam Ummat yang ia jadikan mereka itu khalifah-Nya di bumi-Nya setelah terputus wahyu-Nya. Hari-hari kehamilan berjalan terus. Tibalah saat melahirkan. Khadijah mengutus seorang ke tempat wanita Quraisy dan Bani Hasyim agar mereka datang dan menolongnya, sebagaimana yang mereka lakukan terhadap wanita-wanita lain. Tapi mereka mengirim utusan kepadanya dan mengatakan; “Kamu telah membantah kami dan tidak mau mendengarkan omongan kami. Kamu menikah dengan Muhammad anak yatim Abu Tholib, seorang miskin yang tidak punya harta. Maka kami tidak datang dan kami tidak akan mengurus urusanmu apa saja.” Khadijah menjadi sedih. Ketika ia dalam keadaan demikian, turunlah ketempatnya wanita-wanita yang tinggi mirip wanita-wanita Bani Hasyim. Khadijah merasa takut. Lalu salah seorang dari mereka berkata,” Jangan sedih, wahai Khadijah. Kami diutus Tuhanmu kepadamu dan kami adalah saudara-saudaramu.” Aku adalah Sarah, dan ini adalah Asiyah binti Muzahim dia temanmu kelak di sorga, dan ini Maryam binti Imran dan ini Ummu Kultsum saudara perempuan Musa a.s. Khadijah pun melahirkan Fatimah dalam keadaan suci dan disucikan. Ketika bayi itu lahir, bersinarlah cahaya darinya dan tidak ada satu tempat pun di Bumi, di sebelah timur maupun barat, melainkan bersinar dengan cahaya itu. Fatimah a.s .tumbuh dan berkembang sehari tapi bagaikan sebulan untuk bayi lainnya dan sebulan bagaikan setahun.”
Pada masa jahiliyah Khadijah bernama Thahirah (Wanita suci) dan juga Sayyidah Nisa’ Quraisy (Pemuka wanita Qurasiy), Bundanya Khadijah, seorang wanita yang dilahirkan oleh ayah dan Ibu yang berbangsa Quraisy. Khodijah pernah menikah dua kali sebelum menikah dengan Nabi Muhammad Saww. Suami khadijah yang pertama adalah Abu Halah an-Nabasy bin Zararah, dan yang kedua adalah ‘Atiq bin ‘Abid Al-Makhzumi, dari perkawinannya yang pertama, ia melahirkan seorang putra yang bernama Hindun (Menurut kebiasaan Arab, nama “Hindun” dapat dipergunakan bagi pria dan wanita). Dalam perkembangan selanjutnya, Hindun Putra Abu Halah ini masuk Islam dan mengikuti perkembangan Islam, Imam Husain a.s. – riwayat lain mengatakan imam Hasan a.s. – pernah mengatakan bahwa Hindun terkenal sebagai orang yang pandai sekali menceritakan sejarah perkembangan Islam dengan segala kebesarannya. Ia pandai pula melukiskan keluhuran dan keagungan budi pekerti Rosul Saww. Hindun pernah berkata :”Aku adalah putra dari seorang ayah dan ibu yang paling mulia; saudara dari laki-laki dan perempuan yang termulia. Ayahku adalah Rosulullah, saudaraku Qasim, adik perempuanku adalah Fatimah, ibuku Khadijah, semoga Allah menganugerahkan ridha-Nya pada mereka semua.”Hindun juga hadir pada peperangan Badar bersama Nabi, dan Syahid pada “perang unta” (Waqatul Jamal) sebagai prajurit Imam Ali a.s, ketika bertempur melawan pasukan Thalhah, dan Zubair.
Dari suami yang kedua, Khadijah memperoleh seorang putri yang diberi nama juga Hindun, ia juga diberkahi nikmat Iman dan Islam, dan termasuk salah seorang sahabat wanita yang terkenal. Setiap penulis yang menceritakan tentang Khadijah jarang sekali menyentuh bagian ini dalam menceritakan tentang kehidupan Khadijah, padahal peran mereka sangat besar. Karena kebanyakan penulis itu beranggapan bahwa kemuliaan yang dimiliki oleh Khadijah hanya sejak ia menjadi istri Nabi, padahal sebelum pengutusan Nabi, Khadijah termasuk pengikut agama yang lurus, bahkan saudara sepupunya (Waraqah bin Naufal) adalah seorang pengikut agama Nasrani yang lurus, dan ayahnya Khadijah, Khuwailid terkenal keberaniannya ketika ia menantang Raja Tubba yang hendak memboyong hajar Aswad dari Mekah ke Yaman. Meskipun Raja Tubba mempunyai pasukan yang kuat, tapi Khuwailid tetap teguh mempertahankan benda suci lambang agama kaum Quraisy itu. Keberanian dan keteguhan Khuwailid yang dilandasi cinta kepada “Agama” tampak diwarisi Khadijah, ketika ia dengan penuh kasih sayang menyambut suaminya Muhammad sepulang dari Gua Hira.
Suatu hari Malaikat Jibril datang kepada Rosulullah Saww sambil mengirimkan salam Tuhan untuk Khadijah. Nabi menyampaikannya kepada Khadijah: Wahai Khadijah, ini adalah Jibril yang mengirimkan salam Tuhannya untukmu.” Khadijah menjawab: “Allah adalah as-salam, dari-Nya Salam dan untuk Jibril juga salam. Inilah rumah tangga yang dimana Malaikat rahmat selalu hadir untuk memelihara seorang anak yang kelak menjadi anutan ummat manusia. Ia adalah seorang anak Quraisy yang gagah perkasa, yang dimusuhi kaumnya karena membawa agama “baru”. Disinilah rencana Ilahi itu dimulai untuk disampaikan kepada maksud. Keberadaan Ali bin Abi tholib a.s. di rumah Khadijah tidak lepas dari rencana Ilahi yang ingin menyiapkannya menjadi manusia agung, ia adalah pendamping hidup Fatimah, dan seorang yang pertama beriman kepada Nabi, Al-Washi yang menjadi pewaris nabi, seorang Imam dan putra-putranya juga seorang imam.
Diriwayatkan dari Imam Ali a.s. beliau bersabda : “Sesungguhnya Rosul SAWW ditanya tentang arti Al-Batul? Beliau berkata: “Al-Batul adalah yang tidak pernah datang bulan (selama hidupnya) karena datang bulan adalah makruh bagi para putri Nabi”. Makna lain dari Al-Batul adalah wanita yang melepaskan diri dari dunia secara total, dan hanya mengabdikan dirinya kepada Allah semata-mata, Maryam dan Fatimah disebut Al-Batul karena keunggulan mereka dalam hal sifat dan agama di atas wanita-wanita di zamannya; dan karena pengabdian total mereka kepada Allah dengan cara meninggalkan dunia. Umar bin Ali pernah meriwayatkan bahwa suatu hari Nabi ditanya tentang makna Al-Batul, karena Nabi menyebut Maryam Al-Batul dan Fatimah Al-Batul. Apa arti Al-Batul itu sesungguhnya? Nabi bersabda :”Al-Batul berarti bahwa wanita tersebut tidak pernah melihat darah haid dalam dirinya. Sebab haid adalah tidak terpuji bagi putri-putri nabi.” Asma’ binti Umais pernah bertanya kepada Nabi tentang apa yang dilihatnya dari diri Fatimah yang tidak mengeluarkan darah Nifas saat melahirkan anaknya. Nabi bersabda: “Wahai Asma’! Fatimah diciptakan Allah sebagai bidadari yang berbentuk manusia (haura’inssiyyah). Tahukah Anda bahwa Fatimah adalah wanita suci dan disucikan Allah?”. Nabi Saww bersabda : “Allah telah menciptakan Fatimah sebelum menciptakan Bumi dan Langit. Sebagian sahabat bertanya,” Ya Rosulullah! Bukankah dia adalah manusia biasa?””Dia adalah bidadari berbentuk manusia.”Jawab Nabi. Diantara tanda-tanda bidadari yang ada pada dirinya adalah bahwa dia tidak pernah melihat darah yang keluar dari rahimnya. Sama seperti para bidadari yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an : “Mereka tidak pernah disentuh oleh makhluq manusia dan Jin sebelum itu …”(QS:55:74). Sejarah juga telah membuktikan bahwa bahwa Nabi sering memanggil Fatimah dengan sebutan “Fatimah Ummu Abiha”, dan memperlakukan putrinya ini bagaikan ia memperlakukan ibunya sendiri. Ummu Salamah berkata : “Ketika Nabi menikahiku, ia menyerahkan putrinya Fatimah kepadaku. Akulah yang membesarkan dan mendidiknya. Demi Allah! Dia lebih beradab dan terdidik dibanding aku; dan dia lebih alim dalam segala hal ketimbang diriku.” Ketika Khadijah melahirkannya, dilihatnya putrinya ini mempunyai wajah yang serupa dengan wajah ayahnya yang agung. Khadijah merasa sangat bahagia dan melihatnya sebagai keberkahan yang sangat besar dari Allah Swt untuk dirinya dan keluarganya. Seorang penyair berkata :
Matahari bersembunyi di balik awan
Karena bersimpuh malu akan cahaya Fatimah
Ranting-ranting bersembunyi di balik dedaunan
Lantaran malu akan sifat-sifat utama Fatimah
Fatimah terlahirkan sebagai manusia yang suci dan disucikan, Allah menghendaki agar Fatimah menyaksikan masa-masa pertarungan dakwah Islam di Makkah dan ujian yang harus dihadapi ayahnya. Dia menyaksikan sendiri tekanan yang dan siksaan yang dialami ayahnya, berikut lingkungan makkah yang sangat memusuhi Nabi Allah. Fatimah mengalami semua itu pada usianya masih kanak-kanak, ia mengalami cobaan yang berat yang dialami ayahandanya, sesudah kehilangan orang yang sangat dicintainya, yakni ibunda yang selama ini bisa meringankan derita hidup yang mesti dihadapinya. Kemudian ditinggalkan pula oleh pamannya, Abu Tholib, pelindung dan pembelanya. Semasa hidupnya Abu Tholib tidak ada seorang Quraisy pun yang dapat mengganggu Nabi dalam dakwahnya, sebagaimana sebuah perkataan Nabi, “Orang-orang Quraisy tidak pernah bisa melakukan sesuatu pun yang tidak aku sukai, sampai saat wafatnya Abu Tholib”. Orang Quraisy begitu berani kepada Nabi, bahkan menaburkan debu ke muka beliau, nabi pulang ke rumahnya dalam keadaan seperti itu, dan Fatimah kecil menyaksikannya, perbuatan kaum Quraisy itu begitu menyakitkan Fatimah, Fatimah merasakan beratnya beban yang diderita ayahnya, dia mendekati ayahnya, lalu debu-debu itu di hapusnya dari wajah dan kepala ayahandanya. Tangan fatimah yang mungil itu menyentuh wajah ayahnya dan membersihkan debu yang melekat pada wajah dan muka ayahnya, ya tangan kecil seorang bocah 6 tahun, wanita mana lagi kalau bukan seorang bidadari yang Allah anugerahkan kepada Muhammad agar ia selalu merasakan semerbak surga di hadapannya. Kesedihan demikian memuncak, sehingga pecahlah tangisnya yang memilukan atas perlakuan orang-orang jahiliah terhadap orang yang bermaksud mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya petunjuk. Sikap Fatimah itu sangat berpengaruh pula terhadap jiwa ayahnya, Rosulullah Saww. Rosulullah merasakan betapa penderitaan itu menindih hati anaknya. Rosulullah selalu mendorongnya untuk sabar dan tabah, Rosulullah membentangkan kedua tangannya yang mulia, lalu meletakkannya di atas kepala puterinya. Dengan penuh kasih sayang, diusap-usapnya Kepala puterinya, seraya berkata, “Anakku, janganlah engkau menangis, karena Allah selalu melindungi ayahmu ini. Dia-lah penolong ayahmu dalam membela agama dan risalah-Nya.” Dan banyak lagi peristiwa yang dialami Nabi, dan Fatimah yang selalu menjadi pembela beliau, bersama seorang anak muda, ‘’Ali, yang menggantikan beliau di tempat tidurnya sewaktu beliau hijrah. Rosulullah Saww memerintahkan ‘Ali untuk menggantikan beliau di tempat tidur dan mewasiatkan kepadanya agar menunaikan amanat beliau kepada yang berhak menerimanya. Sesudah itu ‘Ali harus menyusul beliau berhijrah ke Yastrib dengan membawa Ahlul Bait beliau. ‘Ali melaksanakan amanat tersebut dan membeli kuda-kuda tunggangan untuk kaum wanita. kemudian segera ‘Ali mengumpulkan sanak keluarganya. Kafilah keluarga Hasyim di bawah pimpinan ‘Ali bin Abi Tholib segera bersiap untuk berangkat. Di dalamnya bergabung beberapa orang Fatimah; Fatimah Az-zahra binti Muhammad; Fatimah binti Asad bin Hasyim (Ibunda ‘Ali dan pengasuh beliau), Fatimah binti Az-Zubair bin Abdul Mutholib, dan Fatimah binti Hamzah; dan termasuk yang bergabung pula kepada mereka adalah Ayman dan Abu Waqid Al-Laitsi. Kafilah ini berlindung di bawah tajamnya pedang Haidar Arab, ‘Ali, penghancur berhala dan kejahiliahan. ‘Ali berangkat secara terang-terangan siang hari, tidak pada malam hari, tidak peduli ancaman dan hinaan kaum Quraisy. Pemuka-pemuka Quraisy mendapat tantangan yang luar biasa karena tantangan kekuatan dan kehebatan mereka dengan berangkat hijrah di siang hari. Ya begitulah keadaannya, karena itu Quraisy segera mengirimkan 80 orang prajurit berkuda untuk membunuh Imam ‘Ali as dan menghadang kafilah itu.

2. Nikah
Pernikahan Ali dan Fatimah menurut sabda imam Shadiq a.s. terjadi pada bulan Ramadhan dan mulai membangun rumah tangga pada bulan Zulhijjah, dan menurut riwayat lainnya bahwa pada tanggal 1 Dzulhijjah, tahun kedua hijrah dilangsungkan upacara pernikahan. Dalam Al-Bihar juz 43 dikatakan bahwa pernikahan Fatimah dan ‘Ali terjadi pada tanggal 6 Dzulhijah setelah dua tahun hijrah ke Madinah. Pada waktu menikah Fatimah a.s. berusia 10 tahun, ada juga mengatakan 11 tahun, menurut abul Al-Ashfahani, Ibnu Hajar dan Ibnu Saad, Fatimah menikah pada usia 18 tahun, 5 bulan setelah rosul Saww hijrah ke Madinah, dan menurut mereka Fatimah a.s. menutup usia pada umur 28 tahun. Berbeda dengan pendapat riwayat dari Ahlul Bait terutama dari Imam Ja’far Shadiq a.s. yang mengatakan bahwa Fatimah wafat pada usia 18 tahun setelah sakit selama 40 hari. Namun semua itu tidak perlu diperdebatkan, tapi sebaiknya kita berpegang pada nash yang dikemukakan oleh ahlul bait, karena mereka lebih mengetahui hal yang demikian.
Diriwayatkan Imam ‘Ali dengan memakai sandal pergi menghadap Rosul Saww yang saat itu berada di rumah istrinya Ummu Salamah. ‘Ali mengetuk pintu, “Siapa itu?” tanya Ummu Salamah. Sebelum ‘Ali menjawab Rosul berkata,” Bangunlah wahai Ummu Salamah! Bukakanlah pintu untuknya dan suruhkah ia masuk. Dia adalah orang yang dicintai dan mencintai Allah dan Rosul-Nya”. “Siapa orang yang engkau sebutkan itu padaku engkau belum melihatnya? “tanya Ummu Salamah keheranan. “Dia bukanlah orang yang bodoh dan kurang pertimbangan. Dia adalah saudaraku dan anak pamanku, juga orang yang paling aku cintai.” Kemudian Ummu Salamah bercerita, maka aku segera berdiri dan aku hampir tersandung pakaianku. Aku membuka pintu. Ternyata ia adalah ‘Ali bin Abi Tholib”. ‘Ali masuk ke tempat Rosul Saww seraya mengucapkan salam kepadanya, “Assalamu alaika, Ya Rosulallah, warahmatullahi wabarokatuh.” Wa’alaikas salam. Duduklah! Jawab Rosulullah Saww. Duduklah ‘Ali bin Abi Tholib di hadapan Rosulullah Saww. Matanya tertunduk ke bawah. Seolah-olah ia ingin menyatakan keperluannya, namun malu untuk menjelaskannya. Tampaknya Nabi Saww mengetahui apa yang ada dalam diri ‘Ali. Beliau berkata, “Wahai ‘Ali, aku pikir engkau datang karena suatu keperluan. Katakanlah keperluanmu. Keluarkan apa yang ada dalam hatimu. Semua keperluanmu akan aku penuhi”. ‘Ali a.s. pun berbicara, Engkau mengetahui bahwa engkau mengambilku dari pamanmu Abu Tholib dan Fatimah binti Asad ketika aku masih kecil. Engkau memberiku makan dengan makananmu dan mendidikku dengan didikanmu, bagiku engkau lebih utama daripada Abu Tholib dan Fatimah binti Asad dalam hal kebaikan dan kasih sayang. Sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepadaku melalui engkau dan di tangan engkau. Demi Allah engkau adalah kekayaanku dan modalku di dunia dan akhirat.
Wahai Rosulullah Saww, di samping menjadi penolongmu seperti yang telah Allah kuatkan, aku ingin mempunyai rumah tangga dan mempunyai istri agar aku menjadi tenang karenanya. Aku datang kepadamu untuk melamar dengan sungguh-sungguh putrimu Fatimah a.s. Maukah engkau menikahkanku, Wahai Rosulullah Saww?” Berseri-serilah wajah Rosulullah Saww karena senang dan gembira. Beliau mendatangi Fatimah dan berkata; “Sesungguhnya ‘Ali telah menyebut-nyebutmu. Ia adalah orang yang kamu kenal”. Fatimah terdiam. – dalam riwayat lain diceritakan bahwa Rosul mendatangi Fatimah a.s. dan bertanya ,”Anakku! Apakah engkau setuju untuk dinikahkan dengan ‘Ali, sebagaimana diperintahkan Allah?” Fatimah menundukkan kepalanya dengan sopan. Ummu Salamah menceritakan; wajah Fatimah berkembang riang, dan diamnya begitu mendalam sehingga menarik perhatian. – Kemudian Rosulullah berdiri, dengan mengucapkan: “Allahu Akbar. Diamnya adalah tanda bahwa dia setuju.” Wajah Rosulullah berseri-seri karena senang dan gembira. Demikian cerita Ummu Salamah. Beliau tersenyum kepada ‘Ali seraya berkata,”Wahai ‘Ali, apakah engkau memiliki sesuatu agar aku dapat menikahkanmu dengannya?’ Demi Allah, tidak ada yang tidak engkau ketahui tentang aku. Aku hanya memiliki pedang, baju besi, dan ceret. Aku tidak memiliki apa-apa selain ini”. Wahai ‘Ali mengenai pedangmu, engkau membutuhkannya untuk berjuang di jalan Allah dan dengannya engkau memerangi musuh-musuh Allah. Sedangkan ceretmu, engkau mengggunakannya untuk mengairi kurmamu dan untuk kepentingan keluargamu. Aku menikahkanmu dengan baju besimu saja. Dan dia akan senang dengan pemberianmu itu.
Wahai ‘Ali, apakah aku telah membuatmu gembira ?”Ya, engkau telah menggembirakan aku, engkau senantiasa diberkahi dan engkau selalu bijaksana. Mudah-mudahan Allah memberikan kesejahteraan padamu”. Rosulullah Saww mengatakan; “Gembiralah, wahai ‘Ali! Sesungguhnya Allah telah menikahkanmu dengannya di Langit sebelum aku menikahkanmu dengannya di bumi. Sebelum engkau datang, malaikat jibril telah turun kepadaku dari langit dan berkata,” Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah azza wa jalla telah melihat ke bumi, kemudian dia memilihmu di antara ciptaan-Nya dan mengutusmu dengan risalah-Nya. Ia melihat lagi ke bumi, kemudian ia memilih untukmu seorang saudaura, pembantu, sahabat dan menantu. Maka nikahkanlah dia dengan putrimu Fatimah a.s. Malaikat-malaikat di langit menyambut gembira hal itu. Wahai Muhammad sesungguhnya Allah Azza wajalla telah menyuruhku agar aku menyuruhmu menikahkan ‘Ali di bumi dengan Fatimah dan agar engkau memberi kabar gembira kepada mereka berdua dengan akan lahirnya dua orang anak yang bersih, pandai, suci dan paling utama di dunia dan akhirat. Wahai ‘Ali, demi Allah, malaikat itu tidak naik meninggalkanku sampai engkau mengetuk pintu”.
Rosulullah datang dan berkata kepada ‘Ali: “Wahai ‘Ali, pergilah sekarang dan juallah baju besimu. Setelah itu berikanlah uangnya kepadaku sehingga aku dapat mempersiapkan sesuatu yang pantas untuk engkau dan Fatimah”. Imam ‘Ali bercerita “Maka saya pergi dan menjual baju besi itu dengan harga 400 dirham. Kemudian aku menghadap Rosul Saww dan meletakkan uang itu di hadapannya.” Rosulullah memberikannya sebagian uang tersebut kepada Abubakar , dan berkata; “Wahai Abubakar belikanlah dengan uang ini untuk membeli perlengkapan yang pantas untuk Fatimah dan ‘Ali.
Abubakar menceritakan bahwa uang yang diterima Rosulullah sebanyak 63 dirham dibelanjakan bersama Salman dan Bilal. Yang mereka beli adalah: Gamis, Kerudung, sutera hitam, dari khaibar, ranjang yang berpita, dua buah kasur dari tenunan Mesir, yang satu berisi ijuk, yang satu berisi bulu kambing, bantal dari kulit, tirai dari bulu, tikar, gilingan tangan, tempat air dari kulit, bejana dari tembaga, gelas besar untuk susu, wadah kecil untuk air, bejana untuk bersuci yang dilapisi ter, tempayan berwarna hijau, cangkir dan tembikar, hamparan dari kulit, aba’ah (jubah), dan wadah air. Mereka – para sahabat yang ditugaskan itu – mengatakan,” Kemudian semuanya kami bawa dan letakkan di hadapan Rosulullah Saww. Ketika beliau melihatnya, beliau menangis. Lalu beliau mengangkat kepalanya ke langit dan berdo’a, ‘Ya Allah berikanlah berkah kepada kaum yang merasa besar dengan bejana mereka yang terbuat dari tembikar”…Rosulullah bersabda kepada ‘Ali, “Wahai ‘Ali, untuk perkawinan harus ada walimah”. Maka berkatalah Sa’ad, “Saya mempunyai seekor domba.” Lalu sekelompok orang Anshor mengumpulkan beberapa Sha’ bumbu untuknya. Imam ‘Ali bercerita : “Rosulullah mengambil 10 dirham dari uang yang telah diserahkannya kepada Ummu Salamah, beliau menyerahkannya kepadaku seraya berkata,”Belilah minyak samin, kurma dan keju. Aku pun membelinya dan membawanya ke tempat beliau. Lalu beliau menyingsingkan tangannya dan meminta tempat makanan dari kulit. Beliau memotong kurma dan minyak samin dan mencampurnya dengan keju sampai menjadi hais (jenis makanan) kemudian beliau mengatakan, “Wahai ‘Ali, undanglah orang yang kamu sukai”, Aku pun berangkat ke mesjid, sahabat-sahabat Rosulullah banyak di sana. Aku berkata,”Pergilah ke tempat Rosulullah’. Mereka semua berangkat ke tempat Rosulullah. Aku berkata kepada Rosulullah bahwa orang yang datang banyak. Beliau lalu menutupi tempat makanan dengan sapu tangan dan berkata kepadaku,” Masukkan mereka ke sini sepuluh orang sepuluh orang.’ Aku melakukannya. Mereka pun makan lalu keluar, dan makanan tidak kurang”.
“Nabi sendiri yang menuangkan makanan, sedangkan Abbas, Hamzah, ‘Ali dan Aqil menyambut orang-orang yang datang. Kemudian Rosulullah Saww meminta piring-piring, lalu mengisinya dengan makanan untuk orang-orang miskin di Madinah yang menghadiri walimah. Kemudian beliau mengambil sepiring dan mengatakan,’ Ini untuk Fatimah dan suaminya” Nabi Saww menyuruh istri-istrinya untuk menghias Fatimah a.s. dan memberinya wewangian. Selanjutnya, beliau memanggil Fatimah dan ‘Ali. Beliau memegang tangan ‘Ali dengan tangan kanannya dan Fatimah dengan tangan kirinya dan menyatukan keduanya di dadanya. Setelah itu, beliau mencium di antara mata keduanya, lalu beliau mengambil tangan Fatimah dan meletakkannya di tangan ‘Ali seraya mengatakan,” Semoga Allah memberkahimu, wahai ‘Ali bersama putri Rosulullah Saww. Sebaik-baik istri adalah Fatimah. Wahai Fatimah sebaik-baik suami adalah ‘Ali.
Kemudian Rosulullah Saww menyuruh putri-putri Abdul Mutholib dan wanita-wanita Muhajirin maupun Anshor untuk menemani Fatimah. Mereka disuruh bergembira. Melagukan syair-syair, bertakbir, bertahmid, dan tidak berkata-kata melainkan sesuatu yang diridhoi Allah. Wanita-wanita itu pun masuk ke dalam rumah. Selanjutnya Rosulullah Saww meminta sebuah bejana yang berisi air. Setelah ada, beliau memanggil Fatimah. Beliau mengambil air tersebut dan menyiramkannya di atas kepala Fatimah, kemudian mengambilnya lagi dan memercikkannya di kulitnya. Beliau meminta lagi bejana yang lain untuk ‘Ali dan melakukannya terhadapnya sebagaimana yang dilakukannya terhadap Fatimah. Setelah itu beliau menyuruh mereka berdua berwudhu dan beliaupun pergi. Hati Fatimah merasa terkait kepada ayahnya. Ia pun menangis maka Rosulullah berkata kepadanya,” Apa yang membuatmu menangis? Aku telah menikahkanmu dengan orang yang paling murah hatinya dan paling banyak ilmunya.” Rosulullah Saww kemudian pergi dari tempat mereka berdua. Dan sambil berpegang pada sisi pintu, beliau berkata “Semoga Allah menyucikan kalian berdua dan menyucikan keturunan kalian. Aku akan menghormati orang yang menghormati kalian berdua dan akan memerangi orang yang kalian. Aku titipkan kalian kepada Allah.” Setelah berkata demikian, beliau menutup pintu dan menyuruh para wanita keluar mereka pun keluar, dan beliau meninggalkan rumah puterinya yang mulai saat itu hidup sebagai isteri imam Ali a.s. Mereka tinggal tidak jauh dari kediaman Rosul Saww. Keduanya berada di lingkungan masjid. Tidak jauh dari rumah mereka terdapat rumah Abu Bakar dan Umar. Semuanya mempunyai pintu langsung menuju ke dalam masjid. Untuk menjaga kesucian masjid, Rosul Saww kemudian memerintahkan agar pintu-pintu ditutup mati, kecuali pintu rumah keluarga Imam Ali a.s. Dengan maksud, agar dalam keadaan junub pun, ‘Ali dan Fatimah dapat langsung masuk ke dalam masjid.
Peristiwa ini tentu saja menimbulkan reaksi di kalangan para sahabat. Untuk mengatasi ini, Rosul memberikan penjelasan khusus. Sebuah riwayat yang dikutip oleh Mudzaifah bin Usaid Al-Ghifari menyebut :”Sebagai jawaban atas desas-desus yang terdengar di kalangan sementara sahabat mengenai perintah penutupan pintu-pintu rumah tersebut, Rosul Saww menjelaskan: “Kudengar ada orang-orang yang menyimpan perasaan karena aku telah memerintahkan penutupan pintu-pintu rumah yang langsung ke masjid, kecuali pintu rumah ‘Ali. Demi Allah, Aku tidak mengeluarkan orang-orang itu dan memberikan tempat pada ‘Ali. Tetapi Tuhanlah yang mengeluarkan mereka dan membiarkan ‘Ali di tempatnya.” Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa ketika itu Rosul Allah Saww berkata : “Hai ‘Ali, engkau diperbolehkan tinggal di dalam lingkungan masjid ini seperti aku. Sebab kedudukanmu di sisiku sama seperti kedudukan Harun di sisi Musa. Hanya saja tidak ada Nabi lagi sesudah aku”.
Inilah rumah tangga putri Muhammad yang agung ini, rumah tangga dimana malaikat rahmat selalu datang untuk memberikan salam, setelah pernikahan putrinya dengan Imam ‘Ali as, Rosul tetap mengasuh, menjaga dan membina putri yang hidup bersama suami tercinta. Tidak ada seorang pun, walalupun isterinya, yang mendapatkan perhatian begitu besar seperti Fatimah setelah pernikahannya, ada apa gerangan rencana Ilahi yang akan rosul persiapkan untuk keluarga ini, yang dari segi materi sangatlah miskin. Namun dari segi ilmu, alam semesta pun tak mampu menampungnya, bahkan berguncang karenanya. Mari kita lihat beberapa peristiwa yang menunjukkan besarnya perhatian Rosul Saww kepada putrinya tercinta ini.

Sayangku Bunda Nayya


Liburan satu minggu setelah lebaran , temanya maaf-maafan, silaturahmi,dan makan-makan. Tapi tahun ini aagak sedikit berbeda dari biasanya, temanya sedikit berubah. Hampir satu minggu penuh temanya jodoh, pernikahan, dan rumah tangga. Semuanya benar-benar terjadi disekeliling saya. Minggu dan tema yang menarik sekaligus memusingkan. Selama satu minngu ini saya mendengarkan kisah-kisah dan nasihat unik tentang jodoh, pernikahan, dan rumah tangga. Saya mendapatkan cerita dan nasihat dari orang-orang yang berbeda. Pertama, kisah unik dari teman saya Nadia ( nama samaran ) yang baru saja melangsungkan pernikahannya yang kedua. Pernikahannya hanya bertahan selama atu tahun. Alasan perceraiannya terlalu rumit atau sudah tidak ada lagi kecocokan ( alasan klise tapi memang itu kenyataannya ). Dipernikahannya yang kedua, dia mendapatkan jodoh yang merupakan mantan pacarnya ketika di SMP. Dulu mereka putus karena pacarnya Nadia ( suami kedua Nadia sekarang ) melanjutkan studi di Hadramaut. Setelah putus nNadia dilamar oleh suami pertamanya. Yang membuat unik cerita ini yaitu doa mantan pacar Nadia ( sekarang suami kedua ). Setelah mengetahui Nadia enikah dengan orang lain, dia berdoa jika Nadia dalam waktu tiga bulan tidak juga hamil, dia memint akepada Allah SWT untuk menjadikan Nadia sebagai jodohnya. Ternyata Allah mengabulkan doanya, satu tahun kemudian Nadia bercerai dengan suaminya. Dan sekarang Nadia benar-benar menjadi jodohnya sesuai dengan doa yang dipanjatkannya kepada Allah SWT. Saya berpikir bahwa jodoh itu adalah salah satu hal yang ghaib. Kita tidak tahu jodoh kita siapa. Tapi berkat doa yang sungguh-sungguh dan Allah meridhoi doa kita, semuanya akan terjadi. Bahkan hal yang sangat tidak mungkin sekalipun seperti kisah teman saya ini. Karena Allah Maha Kuasa atas segalanya. Cerita kedua sedikit lebih santai dari cerita pertama karena ceritanya hanya berupa harapan. Namanya Nabila ( lagi-lagi nama samaran ), dia adalah adik dari Nadia. Dia mempunyai cita-cita menikah di usia muda. Karena menurutnya jika kita menikah diusia muda ketika kita mempunyai anak , kita masih terlihat muda bahkan kita bisa terlihat seperti adik kakakdengan anak kita jika mereka sudah beranjak dewasa. Memang pemikiranya terlalu sederhana tapi saya pikir bukan ide buruk hehhehe… Cerita berbeda dari orang ketiga. Saya tidak perlu membuat nam samaran lagi untuk kali ini dan juga tidak menyebutkan nama. Dia menikah dua kali, pernikahan pertama dan keduanya hampir mirip. Pernikahannya kurang harmonis. Setelah gagal dengan pernikahan pertamanya ,dia mencoba bertahan dengan pernikahan kedua demi anak semata wayangnya. Walaupun itu sangat sulit. Saya tidak akan menceritakan kisahnya karena terlalu panjang dan saya sendiripun malas untuk menulisnya. Tapi yang jelas dia memberikan nasihat kepada saya, “ Jika ada laki-laki yang berani menceritakan kejelekannya dan dia berniat berumah tangga dengan kamu , kamu harus menerimanya. Karena jika orang mempunyai keinginan biasanya hanya menunjukkan hal yang baik-baik saja. Demi mendapatkan keinginannya.” Nasihat ini akan saya ingat karena cukup masuk akal. Orang yang membungkus kejelekan dengan kebaiakn yang palsu, saya pikir dia adalah orang yang pengecut. bahkan dia tidak merasa percaya diri dengan dirinya sendiri. Tapi ada nasihat yang mengena dihati saya, ini adalah nasihat dari seorang ulama besar, Ayatulloh Imam Khomeini Al-Musawi ( sang idola ).” Jika suamimu kesal atau ia mengatakan sesuatu karena alasan apapun atau jika ia berlaku tidak baik, janganlah mengatakan apa-apa saat itu juga, meskipun seandainya kau benar. Tunggulah ia hingga tenang, baru kemukakan apa yang kau ingin katakan.”

Nasihat ini harus dicoba oleh semua pasangan yang berumah tangga atau yang mempunyai rencana untuk berumah tangga. Memang kalau saya perhatikan dari cerita orang yang bercerai. Biasanya mereka kurang saling menghargai, keras kepala, dan merasa paling benar.

” Ya Allah, berikan hamba jodoh yang sejalan dan sefaham dengan hamba, seseorang ang mempunyai ilmu yang luas dan akhlak yang luhur. Ya Allah, pertemukanlah hamba dengan seorang pecinta dan pengikut Ahlulbayt Rasul-Mu yang setia. Ya Allah pertemukanlah hamba dengan seseorang yang saling mencintai, menyayangi, dan menghargai satu sama lain dengan hamba. Dan jadikanlah ia sebagai kodoh dunia akhirat hamba dan melaluinya engkau bikan keturunan yang shaleh dan shalehah lagi pintar.” amin

Bahagiakan Pernikahan kita selalu.
Abu Nayya

Jangan Sakiti Orang Yang kita Cintai




Abudzar membuka sepucuk surat yang datang kepadanya, ternyata surat itu datang dari tempat yang jauh, dari seseorang yang mengenal dirinya, mengenal kedudukannya di mata Rasulallah SAW, dan mengenal pengetahuannya yang luas tentang hadist-hadist dan hikmah Rasullah SAW. Orang tersebut meminta nasihat kepada Abu Dzar.

Setelah membaca surat tersebut, Abu Dzar menulis surat jawaban. Didalam suratnya itu dia mengatakan, “Jangan engkau memusuhi dan menyakiti orang yang paling engkau cintai.”

Laki-laki pengirim surat itu menerima surat jawaban tersebut. Ia pun membacanya, namun tidak memahaminya sama sekali. Laki-laki itu bertanya-tanya sendiri,” Apa yang dimaksud Abu Dzar dengan memusuhi orang yang paling engkau cintai ? siapa yang menjelaskan maksud surat ini ? Apakah masuk akal orang memusuhi dan menyakiti orang yang paling dicintainya ? Yang aku tahu, orang tidak akan menyakiti orang yang paling dicintainya, malah akan membelanya dengan harta dan nyawanya.”

Laki-laki itu terus berpikir. Akhirnya ia memutuskan, “ Aku tidak boleh lupa bahwa orang yang menulis surat nasihat ini ( Abu Dzar ) adalah Luqmannya umat ini. Aku akan meminta penjelasan tentang nasihat yang diberikannya padaku.” Laki-laki itupun menulis surat kembali kepada Abu Dzar, meminta penjelasan tentang apa yang ditulisnya.

Dalam surat jawabannya, Abu Dzar berkata, “ Sesungguhnya apa yang aku maksud dengan orang paling berharga dan paling engkau cintai adalah dirimu sendiri, bukan orang lain. Engkau mencintai dirimu jauh melebihi engkau mencintai orang lain. Jadi, “ Jangan menyakiti orang yang paling engkau cintai’ artinya jangan engkau menyakiti dirimu. Tidakkah engkau mengetahui bahwa setiap dosa dan kejahatan yang dilakukan seseorang akan membahayakan dan menyakiti dirinya ?”

Prinsip Hidup Untuk KITA di Loram Wetan Kudus



Prinsip hidup menurut Imam Husain as
Imam Husain as berkata :
“Keadaanku sebagai seorang manusia yang mana di atasku adalah semua ketentuan Allah, di depanku adalah neraka, mati mengejarku, hisab membayangiku, aku tergadai dengan segala amal perbuatanku, aku tidak mampu mewujudkan semua yang kuinginkan, aku tidak mampu menolak apa yang tidak kuinginkan, segala urusanku bukan di tanganku, tetapi di tangan Allah. Apabila Ia berkehendak, Ia akan menyiksaku. Dan apabila Ia berkehendak, Ia akan mengampuni (memaafkan) ku. Lalu siapa yang lebih miskin dari aku?”
Imam Ali as berkata :
“Hati-hati bermaksiat di tempat-tempat sunyi! Karena Yang Menyaksikan adalah Yang akan mengazabmu kelak.”
“Aku heran akan orang-orang yang tahu akan neraka, tapi mereka berebut ingin pergi ke neraka bukan menjauh dari neraka.”
Di balik kematian ada pertanggungjawaban.
Rasulullah saw bersabda :
“Orang yang paling pandai dan orang yang paling mulia adalah orang yang selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk kematiannya.”
Imam Ali as berkata :
“Matilah sebelum kalian mati.” Artinya adalah selalu ingatlah kematian.
Salman Al-Farisi ra berkata :
“Ada tiga hal yang mengherankan aku dan membuat aku tertawa yaitu :
1. Orang yang selalu berangan-angan di dunianya, sementara kematian mengejarnya
2. Orang yang alfa (lupa) sementara dia tidak pernah dilupakan dan selalu dipantau
3. Orang yang terus tertawa sementara dia tidak tahu apakah Allah ridha atau murka kepadanya.”
Rasulullah saw bersabda :
“Kalau kalian mau masuk surga, maka perpendeklah angan-angan (khayal), jadikan ajal kalian di depan mata kalian, dan malulah dengan sebenar-benar arti malu di hadapan Allah SWT.”
Imam Muhammad Baqir as berkata :
“Mati itu seperti tidur yang kalian lakukan di malam hari, hanya saja ia lama dan tidak pernah bangun sampai hari kiamat.”
Imam Ali as berkata :
“Persiapan untuk mati ialah melaksanakan segala kewajiban yang diperintahkan Allah SWT, meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah SWT, dan berakhlak mulia (akhlak yang baik). Dengan tiga hal ini tidak aka nada hal lain yang lebih berarti dan dia sudah siap menjemput kematian.”
Rasulullah saw bersabda :
“Kalau kamu ingin melakukan sesuatu, pikirkan dulu akibatnya. Orang yang selalu memikirkan akibat, maka dia akan selamat.”
Imam Ja’far As-Shadiq as berkata :
“Aku yakin amal perbuatanku tidak ada pada orang lain, oleh karena itu aku sungguh-sungguh.”
Imam Ali Al-Murtadha as berkata :
“Dunia adalah ladang akhirat.”

Dunia Akan Hancur

Saudaraku, jangan pernah menagis, sebab mereka hanya memiliki dunia tapi miskin hati. Sukap dan bicaranya hanya menyakitkan hati. Jangan pernah bersedih. Hiduplah merdeka tanpa bayangnya.

Udin kecil, semangat, jangan pernah menangis. Ayah disana akan bangga melihat kamu berusaha ddengan keras untuk Mbok mu di sini.

Pesan penulis, jangan pernah lupa untuk Sholat 5 waktu, sebab dengan sholat dan sabar lah yang akan menjadi penolong.

Semua akan berjalan dengan baik.
Dunia jadikan tumpangan, jangan sampai di tumpangi dunia. Ok...

Indonesia Juara AFF 2010


Bang Firman, Irfan Bachdim, Gonzales, Okto, Nashuka, Maman, Bambang, Ridlwan, Keceng dll Timnas, semangat, kami yaqin kalian mampu buat Harimau Malaya akan tersungkur. Garuda akan bungkam Harimau malaya di GBK nanti malam, dengan sekor 5-0 untuk kemengan Garuda.

Kecurangan Malaysia di Bukit Jalil akan terbenam di GBK. Indonesia akan menang hari ini. Semangat Timnasku, benamkan Harimau Malaya, jangan beri ampun dia.

Indonesia bangga memiliki Timnas sekarang.

Pembelajar Belajar dan KITA


Tanggal 8 Desember 2010, di kediaman Sahabat Taufiqurrahman Loram Wetan, akan mengadakan dialog bersama, dengan tema PRINSIP HIDUP.

Banyak pembicara yang akan di hadirkan, diantaranya Ketua Karang Taruna Loram Wetan. Hipup harus memiliki prinsip, sebab jika kita tidak punya prinsip, hidup ini akan tidak bahagia.

Salam perubahan dari KITA, Abu Nayya.

IPPNU Jati Krisis Kader


Hal ini di sampaikan saat ketua IPNU Jati silaturrahim ke kediaman penulis, Abu Nayya di Pasuruhan Lor. Dia mengatakan akan mengadakan pertemuan yang intinya akan membahas kehidupan IPPNU Jati tentang siapa yang akan Memimpin IPPNU Jati kedepan. Sebab, di bawah Rekanita Oim Tanjung seperti tidak ada lagi yang layak untuk duduk sebagai ketua. Ini salah satu pikiran dari Ketua IPNU Jati sekarang.

Tetapi, saran penulis, semoga ini hanya sebuah gerakan untuk menggugah semangat para kader IPPNU di Jati. Sebab di JAti banyak sekali kader yang layak duduk. Contoh Jati Masih memeiliki Rekanita Sumiah, Noor Aini Jepang Pakis, Dian Loram Wetan, Mbak Faris LW, Wiwin Paskid, dll.

Sukses selalu untuk IPPNU Jati, jangan kalah dengan ranting2 yang ada di Jati, sekarang sudah pada semangat. Jangan buat malu IPPNU Jati. Salam perubahan.

Rapat Anggota IPNU-IPPNU Pasuruhan Lor


Tanggal 12 Januari 2010 insya Allah Ranting Pasuruhan akan melaksanakan Rapat Anggota, yang akan menentukan arah kebijakan Ranting 2 tahun kedepan. Sekaligus akan menentukan siapa yang akan memeimpin, menahkodai Ranting Pasuruhan Lor 2 tahun kedepan.

Dari IPNU ada banyak caln yang akan bertarung, antara lain : Reza Shaud, Dedy, Prastyo, Alfian, Ma'ruf dll

Dari IPPNU ada Menuk, Shofa Gokil, Anis, dll

Semua sudah teruji pengabdiannya di Pasuruhan lor. Pesan penulis, siapa pun yang akan memimpin nanti harus Rendah hati, Kober serta benar dalam bertindak dan berucap. Ok kader-kader NU.

IPNU_IPPNU bangga memiliki kalian.

Senin, 27 Desember 2010

Try Out di MTs Hasyim Asy'ari 1 Kudus

iburan semester gasa ini di gunakan ujian latihan oeh para siswa keas IX Mts hasyim 1, semoga berhasi di UN tahun 2011 nanti.

Untuk Nor Hidayah dkk semoga berhasil, kita Bpak/Ibu Guru selalu mengajarimu berusaha dan berdoa dengan baik. Semangat kalian bisa.

Indonesia Pasti Menang di GBK 29 Des'2010


Bang Firman, tetap angkat dagu, semangat, rakyat Indonesia khusuusnya Kami di desa Pasuruhan Lor Jati Kudus selalu mendukungmu kalah maupun menang. Tetap semangat.

Rabu, 22 Desember 2010

Lebah


Kenapa Lebah?
1. Lebah hanya menhisap sari bunga yang indah. Mari ambil dari jalan yang baik.
2. Lebah tidak meninggalkan kerusakan di tangkai bunga. Jangan buat kerusakan di muka bumi.
3. Lebah tidak menyengat bila tidak diganggu lebih dahulu. Jangan coba coba jahil dengan sikap dang tanganmu.
4. Lebah hanya menghasilkan madu. Bersikap dan bertuturkata yang baik.

taineswe-lebahindah.blogspot.com

Met Hari Ibu


Ini adalah Ibu yang harus kita hormati, sebab semua wanita yang punya usia panjang akans eperti ini. Lihat dengan penuh tawadu',

Ya semua yang namanya wanita, maka janganlah sombong dengan kecantikan. semua akan keriput dan tua,

ambil hikmah di balik ini semua.

Para Pejuang di MTs,NU Hasyim Asy'ari I Kudus



Abu Nayya


Pak Agus Nafi


Pak Sulbi


Pak Lilik


Pak Ali


Bu Hamidah


Bu Wati


Pak Udin


Pak Syafak

HARI IBU 22 DESEMBER 2010




Selamat Hari Ibu untuk para Ibu di seluruh Pasuruhan Lor, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Khusus untuk Bunda Nayya, yang telah melahirkan dan berjuang untuk putri Pertamanya Ainayya Fathiyyaturrahma Anindita 6 Oktober 2010 kemarin.

Dengan segala kekuatan dohir bathin Bunda Nayya berjuang untuk kebaikan Nayya dan Keluarga. Kasih bunda tak kan lekang oleh waktu, kasih bunda tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagaikan sang surya menyinari dunia.

Selamat untuk my wife Noor Dina A Bunda Nayya, buat keluarga ini selalu bahagia walau sedih, n dalam keterbatasan, tetap nikmati dengan hati. Syukur dan Sabar lah selalu hanya itu yang buat kita Bahagia.

Shinox Nonik Sedih Lagi


Cinta memang dapat membuat tawa dan juga airmata mengalir. Ini yang di alami salah satu sahabat kita. Dengan perjuangannya yang gigih dia telah mendapatkan kekasih pujaan hatinya, tetapi setelah semua tercapai malah putus menjadi jalan saat ini.

Masalah di balik itu semua siapa yang tahu, hanya saja hikmah yang dapat di ambil Shinox saat ini adalah kedewasaan dalam mencari CINTA.
Semoga kedepan lebih bijak, semua yang jalani sedih atau senang kita ndiri yang alami, nikamti dengan hati, ga usah menagis sebab itu anugrah dariNya.

Abu Nayya

Wali Kelas VII A 2010 MTs. NU Hasyim Asy'ari I Kudus


Sebuah amanah yang harus di perjuangkan dengan baik dan benar. Walo banyak omongan miring disekitar sendiri tetapi matahari tetap berjalan, jadi perjuangan tidak boleh berhenti.

Sambil perjuang tetap mencari ilmu untuk mendukung perbaikan diri dan madrasah untuk lebih baik. Dukungan dari orang -orang terdekat juga sangat mempengaruhi keberhasilan tugas ini, seperti Kepala Sekolah dll. Istri dan keluarga juaga sangat membantu ini semua.

Terima kasih untuk Bp Ali Sofyan, S.Ag selaku Kepala Madrasah juga My Wife, Salwa Bunda Nayya, thank for your smile on my life, Thanks,

Jalan Sehat MTs,NU Hasyim Asy'ari I Kudus



Ahad tanggal 19 Desember 2010, para siswa dan dewan Guru MTs.NU Hasyim Asy'ari I mengadakan jalan sehat, di mulai dari Madrasah jam 05.30 meniju Ploso, Pasuruhan Lor, Porwosari, Sunggingan, Demangan dan kembali lagi ke Madrasah.

Sesamapai di MTs. diadakan pembagian doorprize. Acara ini untuk show of force dari MTs. Hasyim I, bahwa kita masih eksis dalam pendidikan dan ikut serta mencerdaskan anak bangsa. Salam perubahan untuk keluarga besar MTs.NU Hasyim Asy'ari I Kudus.

Sukses,,,,

KHOUL MBAH SURGI MURANG JOYO PASURUHAN LOR JATI KUDUS


Tanggal 21 Desember 2010 malam, setelah sholat Isya ada kegiatan Khataman Al Qur'an di Makam sesepuh Desa Pasuruhan Lor. Tanggal 22 Desember 2010 hari Rabu malam ada peringatan Khoul dengan Pengajian Umum.

Ini adalah arti bukti syukur kita warga Pasuruhan Lor Jati Kudus kepada sesepuh desa yang telah berjuang di desa ini. Juga bukti syukur kita Kepada Allah SWT.

Sabtu, 18 Desember 2010

Jamiyyah Rutin Malam 12


Jamiyyah Syadzaliyyah mempunyai kegiatan yang rutin diadakan tiap malam 12 dalam bulan hijriah. Yang di pimpin oleh Syeh Muhammad Thoriq dan Habib Fauzi bin Yahya.

Pelaksanaan ini berada di tanah Wakaf di desa Garung Lor. Sehabis Isya'. Umum lho, bagi sahabat semua yang ingin gabung, silahkan hadir di majlis ini.
Yang di baca dalam majlis ini adalah Maulid Diba' dan Rotib.

Wajah Baru








Makesta di Jati Kudus




Liburan semester Gassal ini selama 2 m inggu ini, akan dimanfaatkan oleh sebagian anak muda yang masih dibawah bendera pelajar di Jati Kudus. Diantaranya rekan-rekanita di Pasuruhan Lor Jati Kudus, yang tergabung dalam IPNU-IPPNU, akan mengadakan MAKESTA (Masa Kesetiaan Anggota).


Semoga program rutin ini tidak menjadi budaya yang gersang makna, semoga dapat menumbuhkan inti dari kegiatan ini, yaitu untuk menumbuhkan bibit-bibit kader di NU. Buat NU mu bangga melihat militansi para anggota IPNU-IPPNU.

Selain PR PAsuruhan LOr, juga ada juga di PR.Loram Kulon.
Selamat BELAJAR, BERJUANG, DAN BERTAQWA.
SALAM PERUBAHAN.

Aneh bin Ajaib


Jangan pernah meniru hal ini bila belum memiliki ilmunya. Hanya dialah yang bisa dan teman-teman seperjuangannya.

Lihatlah dengan seksama, opo ra aneh jal? ditengah jalan sambil mengangkat kedua tangan, hebat....he...he...

Selamat to semua pejuang di sana, MTs.NU Hasyim Asyari 1 Kudus.

Ulang Tahun Pernikahan DITA ke 2



Selamat untuk Ayah Nayya Ta'in Eswe dan Bunda Nayya N Dina A, yang telah 2 tahun mengarungi bahtera bersama dalam ikatan nikah yang penuh berjah. Semoga di tahun kedua ini dapat menjadi batu pijakan untuk perubahan yang lebih baik. Lebih dewasa dalam berbagai hal, lebih dapat mendekatkan diri Kepada Sang Maha Kuasa Allah SWT serta dapat selalu menjalankan Sunnah Rasulullah di setiap langkah dalam hidup ini.

Selamat, juga untuk perjuangannya untuk kelahiran sang buah hati pertama Putri Ainayya Fathiyyaturrahma Anindita.

Rabu, 15 Desember 2010

Cara Rasulullah Berbicara

CARA BICARA RASULULLAH SAW

“Rasulullah saw. tidak berbicara cepat sebagaimana kalian. Tetapi beliau berbicara dengan kata-kata yang jelas dan tegas. Orang yang duduk bersamanya akan dapat menghafal (kata-katanya)
(Diriwayatkan oleh Humaid bin Mas’adah al Bashriyyi, dari Humaid al Aswad, dari Usamah bin Zaid, dari Zuhri, dari `Urwah, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

“Rasulullah saw. suka mengulang kata-kata yang diucapkannya sebanyak tiga kali agar dapat dipahami.”(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Yahya, dari Abu Qutaibah –Muslim bin Qutaibah-. dari `Abdullah bin al Mutsani, dari Tsumamah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

* CARA RASULULLAH SAW TERTAWA

“Betis Rasulullah saw kecil (tidak gemuk). Beliau tidak tertawa kecuali tersenyum.Bila aku memandangkepadanya, aku berkata (dalam hati); “Betapa hitam pelupuk matanya, padahal tidak dihitami.”(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari `Abbad bin al `Awwam, dari al Hajjaj –Ibnu Arthah-*, dari Simak bin Harb, yang bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.)

• Al Hajjaj (Ibnu Arthah) didla’ifkan oleh jamaah “Tiadalah tertawa Rasulullah saw kecuali tersenyum.”(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Khalid al Khilal, dari Yahya bin Ishaq, as Sailihani, dari Laits bin Sa’id, dari Yazid bin Abi Habib, yang bersumber dari`Abdullah bin al Harits r.a)

* MINYAK WANGI RASULULLAH SAW

“Rasulullah saw. bersabda :”Wewangian laki-laki ialah yang harum baunya dan tersembunyi warnanya. Sedangkan wewangian wanita ialah yang cemerlang warnanya dan tersembunyi baunya.”(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Daud al Hafariyyi, dari Sufyan, dari al Jurairi, dari Abi Nadhrah, dari seseorang*, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)

• Dalam riwayat lain yang juga bersumber dari Abu Hurairah r.a., sanadnya adalah:Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Isma’il bin Ibrahim, dari al Jurairi, dari Abi Nadhrah, dari at Thawafi, yang bersumber dari Abu hurairah r.a.

* KELAKAR RASULULLAH SAW

“Sesungguhnya Rasulullah saw. bergaul akrab dengan kami, sehingga beliau bersabda kepada adikku yang masih kecil :”Wahai Abu `Umair (bapak Umair), apa yang dapat dikerjakan burung sekecil itu?”(Diriwayatkan oleh Hannad bin asSariyyi, dari Waki’, dari Syu’bah, dari Abit Tayyah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

• Ia adalah saudara seibu Anas bin Malik r.a., namanya adalah Ibnu Abi Thalhah Zaid bin Sahl al Anshari, sedangkan ibu bagi keduanya adalah Ummu Sulaim binti Malhan. Ibnu Abi Thalhah (Abu `Umair) wafat sewaktu masih kecil yakni dimasa Nabi saw. masih hidup.
• Imam Tirmidzi berkata :” Maksud Hadist ini, Rasulullah saw. bergurau. Di dalam pergurauannya, beliau memberi gelar kepad seorang anak kecil dengan sebutan bapak:”Wahai Abu `Umair (Wahai bapak `Umair). Pada hadist inipun terdapat suatu hukum,bahwa memberi mainan kepada anak-anak berupa burung tidak apa-apa. Nabi saw.
bersabda: “Wahai Abu `Umair apa yang dapat dikerjakan oleh burung sekecil itu ?”Maksudnya adalah : Anak kecil itu mempunyai burung kecil sebagai mainannya. Kemudian burung itu mati , maka anak tersebut berduka cita karenanya. Untuk mengobati dukanya Nabi saw bersenda gurau kepadanya.
“Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah! apakah Anda suka bergurau kepada kami?” Beliau bersabda : “Benar! Hanya saja apa yang kukatakan, tidak lain hanyalah kebenaran.”(Diriwayatkan oleh `Abbas bin Muhammad ad Duri, dari `Ali bin al Hassan bin Syaqiq, dari `Abdullah bin al Mubarak, dari Usamah Ibnu Zaid, dari Sa’id al Maqbari, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)

* SYI’IR YANG DIBACA RASULULLAH SAW

Aisyah r.a. bertanya :”Apakah Rasulullah saw. pernah membaca syi’ir?” Ia menjawab : “Beliau pernah membaca Syi’ir Ibnu Rawahah r.a.dan juga pernah membaca syi’ir yang berbunyi: “Berita-berita akan datang kepadamu Dibawa oleh orang yang tak kau beri bekal.”(Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Syarik, dari al Miqdambin Syuraih, dari bapaknya,yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

• Permulaan baitnya berbunyi: Hari demi hari akan menyingkap kejelasan bagimu. Walau kau sebelumnya tidak tahu.
Rasulullah saw. bersabda :”Syi’ir yang terbaik (paling benar) yang pernah dibacakan seorang penya’ir adalah Syi’ir Labid* (bin Abi Rabi’ah al Amiri), yang berbunyi: “Ingat! Segala sesuatu selain Allah pasti binasa.” Dan hampir saja Ummayah bin Abis Shalt* menjadi muslim (karena syi’ir-syi’irnya) .”(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan as Tsauri, dari `Abdul Malik bin`Umair,dari Abu Salamah,yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)
• Pada masa jahiliyah, Labid adalah seorang yang mulia demikian pula setelah ia masuk Islam. Ia merupakan penyair Arab yang terkenal saat itu. Namun setelah turun ayat-ayat Al-Qur’an ia berhenti membuat syi’ir dan ia hanya mencukupkan dengan al-Qur’an saja. Ia wafat pada tahun 41 H pada usia 140 tahun.
• Tentang Ummayah bin Abis Shalt, Rasulullah pernah bersabda: “Syi’irnya beriman, namun hatinya tetap kafir.”
“Aku pernah berada di belakang Nabi saw. (dibonceng), kepadanya kubacakan seratus qafiah (sajak) Syi’ir gubahanUmmayah bin Abis Shalt as Tsaqaf.Manakala kubacakan kepadanya sebait syi’ir, Nabi saw. bersabda : “Tambahkan lagi!” Sehingga kepadanya kubacakan seratus bait syi’ir, kemudian Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya Ummayah itu hampir saja menjadi muslim.”(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari Marwan bin Mu’awiyah*, dari `Abdullah bin `Abdurrahman at Thaifi, dari `Amr bin Syarid, yang bersumber dari ayahnya)
• Marwan bin Mu’awiyah bin Harits al kufi, ia dinyatakan tsiqat oleh jamaah. ia wafat tahun 193 H.
“Rasulullah saw. meletakkan mimbar untuk Hasan bin Tsabit di dalam masjid agar ia bersyi’ir yang membesarkan hati Rasulullah saaw., atau (perawi ragu) agar ia mempertahankan Rasulullah saw. Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya Allah swt. menolong Hasan lewat Jibril tatkala ia mempertahankan (atau membesarkan hati) Rasulullah saw. (dengan syi’irnya)” (Diriwayatkan oleh Isma’il bin Musa al Fazari, dan diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr (semakna), keduanya menerima dari `Abdurrahman bin Zinad, dari Hisyam bin `Urwah, dari bapaknya (`Urwah), yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
Abu Nayya Kudus