Minggu, 29 Maret 2015

Analisis Pengubahan Tingkah Laku dalam Rasional Emotif



Analisis Pengubahan Tingkah Laku dalam Teori Rasional Emotif (TE)
oleh : Tain Abu Nayya
Mahasiswa BK FKIP UMK angkatan 2013
 
A.    Pandangan RE Tentang Sifat Manusia

Rangkuman pandangan  Rasional Emotif (RE) tentang manusia adalah sebagai berikut :
Neurosis, yang didefinisikan sebagai “ berfikir dan bertingkah laku irasional “, adalah sesuatu keadaan alami yang pada taraf tertentu menimpa kita semua. Keadaan ini berakar dalam pada kenyataan bahwa kita adalah manusia dan hidup dengan manusia-manusia lain dalam masyarakat.
Psikopatologi pada mulanya dipelajari dan diperhebat oleh timbunan keyakinan-keyakinan irasional yang berasal dari orang-orang yang berpengaruh pada masa kanak-kanak.
Emosi-emosi adalah produk pemikiran manusia. Jika kita berfikir buruk tentang sesuatu, maka kita pun akan merasakan sesuatu itu sebagai hal yang buruk.
RE menekankan bahwa menyalahkan adalah inti sebagian besar gangguan emosional. Oleh karena itu, jika kita ingin menyembuhkan orang yang neurotik atau psikotik, kita harus menghentikan peyalahan diri dan penyalahan terhadap orang lain yang ada pada orang tersebut.
RE berhipotesis bahwa karena kita tumbuh dalam masyarakat, kita cenderung menjadi korban dari gagasan-gagasan yang keliru. Beberapa gagasan irasional yang menonjol yang terus-menerus diinternalisasi dan tanpa dapat dihindari mengakibatkan kekalahan diri. Ellis berpendapat sebagai berikut :
a)      Gagasan bahwa sangat perlu bagi orang dewasa untuk dicintai atau disetujui oleh setiap orang yang berarti dimasyarakatnya;
b)      Gagasan bahwa seseorang harus benar-benar kompeten,layak, dan berprestasi dalam segala hal;
c)      Gagasan bahwa orang-orang tertentu buruk, keji, atau jahat dan harus dikutuk dan dihuk um atas kejahatannya;
d)     Gagasan bahwa lebih mudah menghindari dari pada menghadapi kesulitan-kesulitan hidup dan tanggung jawab  pribadi;
e)      Gagasan bahwa merupakan bencana yang mengerikan apabila hal-hal menjadi tidak seperti yang diharapkan;
f)       Gagasan bahwa ketidakbahagiaan manusia terjadi oleh penyebab-penyebab dari luar dan bahwa orang-orang hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan kesusahan-kesusahan dan gangguannya;
g)      Gagasan bahwa masa lampau adalah determinan yang terpenting dari tingkah laku seseorang sekarang dan bahwa karena dulu sesuatu pernah mempengaruhi kehidupan seseorang.


B.     Teori Kepribadian Menurut RE

Tokoh RE
Pelopor dan sekaligus promotor utama corak konseling ini adalah Albert Ellis, menurut pengakuan Ellis sendiri, corak RE berasal dari aliran pendekatan kognitif behavioristik. Menurut Ellis (dalam Latipun, 2001 : 92) berpandangan bahwa RE merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku.
Albert Ellis dilahirkan pada tahun 1930 di Pittsburk dan kemudian menetap di New York sejak umur empat tahun. Semasa kanak-kanak beliau telah sembilan kali dimasukkan ke hospital karena nephiritis dan seterusnya mendapat penyakit renal glycosuria pada umur 19 tahun dan kencing manis pada umur 40 tahun. Walaupun begitu beliau menikmati kehidupan yang aktif karena beliau berfikiran positif terhadap masalah kesehatannya dan senantiasa menjaganya. Menyadari beliau boleh mengkonseling orang dengan baik dan gembira melakukannya, beliau mengambil keputusan untuk menjadi ahli psikologi. Selepas delapan tahun tamat belajar, beliau memasuki program psikologi klinikal di Maktab Perguruan Columbia. Beliau mulai menjalankan konseling perkawinan, konseling keluarga dan terapi seks. Ellis percaya psikoanalisis adalah membentuk psikoterapi yang mendalam. Beliau telah dilatih dalam psikoterapi di Sekolah Karen Horney. Dari tahun 1947 hingga 1953 beliau memperaktikan analisis klasik dan psikoterapi berorientasikan analisis.
Selepas membuat kesimpulan bahan psikoanalisis adalah bentuk rawatan yang tidak saintifik dan superficikal, beliau coba mengkaji beberapa sistem yang lain. Pada awal 1955 beliau mengabungkan terapi humanistik, falsafah dan tingkah laku untuk membentuk terapi rasional-emotif (yang sekarang dikenal sebagai terapi rasional emotif tingkahlaku). Ellis dikenal sebagai bapak teori RET. Ellis telah membina teori berasaskan kepada kognitif tapi selepas itu beliau telah meluaskan asas teorinya yang memasukkan konsep tingkah laku dan emosi. Teori ini adalah satu usaha yang konsisten untuk memperkenalkan pendekatan pemikiran logika dan proses kognitif di dalam konseling. Ellis percaya bahwa manusia mempunyai pemikiran dan kepercayaan yang tidak rasional perkara ini lah yang selalu menyebabkan gangguan emosi.
Rasional emotive adalah teori yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti manusia bebas berpikir, bernafas, dan berkehendak. 

Teori Kepribadian RE / Konsep Dasar RE
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional.

Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten.
Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif.

Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.

Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.

C.     Teori A-B-C Tentang Kepribadian

Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
  1. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
  2. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
  3. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus me­lawan (Dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (Effects; E) psi­kologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan ke­sepian karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi, melainkan me­nyerang keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri.
Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik utama keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah mendengarnya berdering.





D.    Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
Dalam perspektif pendekatan RE tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional.
1. Ciri-ciri berpikir irasional :
a)      Tidak dapat dibuktikan;
b)      Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu;
c)      Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif.
2. Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional :
a)      Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara kenyatan dan imajinasi;
b)      Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain;
c)      Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.
3. Indikator keyakinan irasional :
a.       Manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan;
b.      Banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum;
c.       Kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya;
d.      Lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk mengahadapi dan menanganinya;
e.       Penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut;
f.       Pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang;
g.      Untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural; dan
h.      Nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.





DAFTAR  PUSTAKA

Corey, Gerald. 1999. Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi. Bandung:   Refika Aditama.
http://www.scribd.com/doc/76026377/Model-Model-Konseling-Rasional-Emotif-Terapi.


Kamis, 19 Maret 2015

Teori Kepribadian Sehat Menurut 4 Madzab Psikologi



TEORI KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT ALIRAN - ALIRAN PSIKOLOGI
di rangkum dari berbagai sumber oleh : Tain Abu Nayyya
Mahasiswa Semester 4 BK FKIP UMK  angkatan 2013


Pengertian Kepribadian
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris yaitu dari istilah personality, yang secara etimologis berasal dan bahasa Latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribad Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya; seorang pemurung, pendiam, periang, peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dan tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya.
Kepribadian dapat juga diartikan sebagai “kualitas perilaku individu yang melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik”.  Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal berikut.
1) Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika pen laku, konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2) Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat/lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan
3) Sikap terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan sebagainya) yang bersifat positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).
4) Stabilitas emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dan lingkungan. Seperti: mudah tidaknya tersinggung marah, sedih atau putus asa.
5) Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima risiko dan tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti: mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri risiko yang dihadapi.
6) Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup atau terbuka; dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-belah dalam fungsi-fungsi.
Kepribadian adalah ranah kajian psikologi : pemahaman tingkah laku, pikiran, perasaan, kegiatan manusia, memakai sistematik, metode, dan rasional psikologik.
            Selanjutnya adalah pembahasan tentang Kepribadian Individu yang berdasarkan teori-teori psikologi yang ada, terutama dalam hal ini akan mendasarakan kepribadian Individu  ini di dalam teori Psikoanalisis (Sigmund Freud), Behavioristik (Jhon B. Watson), Humanistik (Abraham Maslow), dan Transpersonal ( William James)
A.     Aliran Psikoanalisa
Psikolanalisa merupakan salah satu aliran besar dalam dunia psikologi, pencetus awalnya adalah Sigmund Freud, berikut ini akan dijelaskan teori psikoanalisa dari Sigmund Freud dan kemudian mengaitkannya dengan kepribadian yang sehat.
Psikoanalisa adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.  Freud pada awalnya memang mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang individu lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan pikiran.
Menurut teori psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini adalah bahwa mereka bersembunyi dari kesadaran individual dan apabila dorongan – dorongan ini tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga mengganggu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis. Dengan kata lain, mereka tidak disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan tidak sadar yang muncul dalam perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang tidak disadari” / ( unconscious motivation ) menguraikan ide kunci dari psikoanalisa.
Dalam teori psikoanalisanya freud menjelaskan tentang struktur kepribadian individu, struktur kepribadian tersusuan atas 3 sistem pokok, yakni :


1.      Id
Id merupakan aspek biologis yang strukturnya paling mendasar dari kepribadian. Id juga merupakan sistem kepribadian yang asli, dimana id sebagai rahim tempat berkembangan ego dan superego. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis ada sejak lahir dan merupakan reservoir energi psikis. Id berhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah darimana id mendapatkan energinya. Id memiliki 2 proses yaitu proses primer dan tindakan refleksi. Id terdiri dari dorongan - dorangan biologis seperti makan, sex dan agresifitas.
2.      Ego
Ego merupakan aspek psikologis yang berkembang dari id yang struktur kepribadianya mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Ego timbul karena kebutuhan – kebutuhan organisme memerlukan transaksi - transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif. Perbedaan pokok antara id dan ego adalah id hanya mengenal kenyataan subjektif jiwa sedangkan ego membedakan antara hal - hal yang terdapat dalam batin dan hal - hal yang terdapat dalam dunia luar. Ego disebut juga sebagai eksekutif kepribadian karena ego mengontrol pintu-pintu arah tindakan, memilih segi lingkungan kemana ia akan membri respon dan memutuskan insting mana yang akan dipuaskan.
3.      Superego
Superego merupakan aspek sosiologis yang merefleksikan nilai - nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh adat istiadat, agama, orangtua, guru, dan orang lain kepada anak. Karena itu pada dasarnya superego adalah hati nurani seseorang yang menilai benar atau salahnya tindakan seseorang. Itu berarti superego mewakili nilai-nilai ideal dan selalu berorientasi pada kesempurnaan.

Freud juga membagi aktivitas mental individu dalam beberapa tingkatan berdasarkan sejauh mana individu menyadari gejala-gejala psikis yang timbul, yaitu :
1.      Tingkat Sadar Atau Kesadaran ( Conscious Level )
Pada tingkat ini aktivitas mental dapat disadari setiap saat seperti berpikir, persepsi, dan lain - lain.
2.      Tingkat Prasadar ( Preconscious Level )
Pada tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala psikis yang timbul bias disadari hanya apabila individu memperhatikannya, misalnya memori, pengetahuan-pengetahuan yang telah dipelajari, dan lain - lain.
3.      Tingkat Tidak Disadari ( Unconscious Level )
Pada tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala psikis tidak disadari oleh individu. Gejala-gejala ini muncul misalnya dalam dorongan-dorongan immoral, pengalaman-pengalaman yang memalukan, harapan-harapan yang irasional, dorongan-dorongan seksual yang tidak sesuai dengan norma masyarakat, dan lain-lain.

Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme dan mekanismenya sendiri. Namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit (tidak mungkin) untuk memisah - misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku hampir selalu merupakan produk dari interaksi diantara ketiga sistem tersebut jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.

Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis :
a.       Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
b.      Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar.
c.       Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego.
d.      Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya.
e.       Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan.

B.  Aliran Behavioristik
Aliran psikologi behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B.Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subjek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme ( yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan - laporan subjektif ) dan juga psikoanalisis ( yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak ).
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalisme. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses - proses mental. Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa - apa.
Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh - sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif.
Fungsionalisme Menjadi dasar bagi behaviorisme melalui pengaruhnya pada tokoh utama behaviorisme, yaitu Watson. Watson adalah murid dari Angell dan menulis disertasinya di University of Chicago. Dasar pemikiran Watson yang memfokuskan diri lebih proses mental daripada elemen kesadaran, fokusnya perilaku nyata dan pengembangan bidang psikologi pada animal psychology dan child psychology adalah pengaruh dari fungsionalisme. Meskipun demikian, Watson menunjukkan kritik tajam pada fungsionalisme.
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu sistem kompleks yang bertigkah laku menurut cara - cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas, seperti alat pengatur panas.
Aliran Behaviorisme mempunyai 3 ciri penting, yaitu :
1.      Menekankan pada respon - respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku.
2.      Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3.      Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Manusia dapat belajar banyak tentang perilakunya sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang. Menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respon terhadap rangsangan itu.
Jadi menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
Kepribadian yang sehat menurut behavioristik :
1.      Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya.
2.      Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri.
3.      Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang objektif.

C.   Aliran Humanistik
Aliran Humanistik merupakan kontribusi besar dari psikolog - psikolog terkenal seperti Carl Rogers, Goldon Allport dan Abraham Maslow. Humanistik muncul sebagai gerakan besar psikologi pada tahun 1950 – 1960-an. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Manusia mempunyai potensi di dalam dirinya untuk berkembang sehat dan kreatif. Kreativitas adalah potensi semua orang yang tidak memerlukan bakat dan kemampuan khusus.
Aliran ini mengkritisi aliran Behaviorisme yang menekankan pada stimulasi tingkah laku yang teramati. Menurut aliran Humanistik, pandangan Behaviorisme terlalu menyederhankan dan melalaikan manusia dari pengalaman batinnya, tingkah lakunya yang kompleks, nilai-nilai cinta kasih atau kepercayaan, juga potensi dan aktualisasi diri. Humanistik sangat mementingkan self (diri) manusia sebagai pemersatu yang menerangkan pengalaman - pengalaman subjektif individual.
Aliran Humanistik juga tidak menyetujui pandangan Psikoanalisis yang cenderung pesimistik dan pandangan Behaviorisme yang cenderung memandang manusia sebagai netral (tidak baik dan tidak jahat). Menurut aliran Humanistik, Psikoanalisis dan Behaviorisme telah salah dalam memandang tingkah laku manusia, yaitu sebagai tingkah laku yang ditentukan oleh kekuatan - kekuatan diluar kekuasaanya (entah sadar entah tidak). Humanistik memandang manusia pada hakikatnya adalah baik. Perbuatan - perbuatan manusia yang kejam dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik tersebut. Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi peserta aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib orang lain. Aliran Humanistik memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan hanya mengandalakan pengalaman - pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli - ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri - ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensimaksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilakunya.
Ada empat ciri psikologi yang berorientasi Humanistik, yaitu:
1.      Memusatkan perhatian pada person mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
2.      Member tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, akutalisasi diri, sebagai lawan pandang tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
3.      Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah - masalah yang akan dipelajari dan prosedur - prosedur penelitian yang akan digunakan.
4.      Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu. Selain Maslow sebagai tokoh dalam Psikologi Humanistik, juga Carl Rogers, yang terkenal dengan client - centered therapy.


D.   Aliran Transpersonal
Kata transpersonal berasal dari kata trans yang berarti melampaui dan persona berarti topeng. Secara etimologis, transpersonal berarti melampaui gambaran manusia yang kelihatan. Dengan kata lain, transpersonal berarti melampaui macam-macam topeng yang digunakan manusia.
Menurut John Davis, psikologi transpersonal bisa diartikan sebagai ilmu yang menghubungkan psikologi dengan spiritualitas. Psikologi transpersonal merupakan salah satu bidang psikologi yang mengintegrasikan konsep, teori dan metode psikologi dengan kekayaan-kekayaan spiritual dari bermacam-macam budaya dan agama. Konsep inti dari psikologi transpersonal adalah nondualitas (nonduality), suatu pengetahuan bahwa tiap-tiap bagian (misal: tiap-tiap manusia) adalah bagian dari keseluruhan alam semesta. Penyatuan kosmis dimana segala-galanya dipandang sebagai satu kesatuan.
Perintisan psikologi transpersonal diawali dengan penelitian-penelitian tentang psikologi kesehatan pada tahun 1960-an yang dilakukan oleh Abraham Maslow (Kaszaniak,2002). Perkembangan psikologi transpersonal lebih pesat lagi setelah terbitnya Journal of Transpersonal Psychology pada tahun 1969 dimasa disiplin ilmu psikologi mulai mengarahkan perhatian pada dimensi spiritual manusia. Penelitian mengenai gejala-gejala ruhaniah seperti peak experience, pengalaman mistis, exctasy, kesadaran ruhaniah, pengalaman transpersonal, aktualisasi dan pengalaman transpersonal mulai dikembangkan. Aliran psikologi yang memfokuskan diri pada kajian-kajian transpersonal menamakan dirinya aliran psikologi transpersonal dan memproklamirkan diri sebagai aliran ke empat setelah psikoanalisis, behaviourisme dan humanistic. Psikologi transpersonal memfokuskan diri pada bentuk-bentuk kesadaran manusia, khususnya taraf kesadaran ASCs (Altered States of Consciosness). Sejak 1969, ketika Journal of Transpersonal Psychology terbit untuk pertamakalinya, psikology mulai mengarahkan perhatiannya pada dimensi spiritual manusia. Penelitian yang dilakukan untuk memahami gejala-gejala ruhaniah seperti peak experience, (pengalaman mistis), ekstasi, kesadaran kosmis, aktualisasi transpersonal pengalaman spiritual dan kecerdasan spiritual (Zohar,2000).
Aliran psikologi Transpersonal ini dikembangkan oleh tokoh psikologi humanistic antara lain : Abraham Maslow, Antony Sutich, dan Charles Tart. Sehingga boleh dikatakan bahwa aliran ini merupakan perkembangan dari aliran humanistic. Sebuah definisi dikemukakan oleh Shapiro yang merupakan gabungan dari pendapat tentang psikologi transpersonal : psikologi transpersonal mengkaji tentang potensi tertinggi yang dimiliki manusia, dan melakukan penggalian, pemahaman, perwujudan dari kesatuan, spiritualitas, serta kesadaran transendensi.
Psikologi transpersonal lebih menitikberatkan pada aspek-aspek spiritual atau transcendental diri manusia. Hal inilah yang membedakan konsep manusia antara psikologi humanistic dengan psikologi transpersonal. McWaters (dalam Nusjirwan, 2001) membuat sebuah diagram yang berbentuk lingkaran dimana setiap lingkaran mewakili satu tingkat berfungsinya menusia dan tingkat kesadaran diri manusia.
Konsep dari McWater  dapat menjelaskan bagaimana seseorang mencapai kualitas diri melalui metode tafakur. Ketika seseorang berada pada fase pertama dalam bertafakur berarti dia berada pada dunia fisik yaitu pengetahuan yang didapat dari fungsi indera. Sebuah kejadian akan dipresepsi secara empiris yang langsung melalui pendengaran, penglihatan atau alat indera lainnya, atau secara tidak langsung seperti pada fenomena imajinasi, pengetahuan rasional yang abstrak, yang sebagaian pengetahuan ini tidak ada hubungannya dengan emosi. Jika seseorang memperdalam cara melihat dan mengamati sisi-sisi keindahan, kekuatan, dan keistimewaan lainnya yang dimiliki sesuatu, berarti ia telah berpindah dari pengetahuan yang indrawi menuju rasa kekaguman, dimana pada tahap ini adalah tahap bergejolaknya perasaan, disini kita melihat bahwa tahap ini sesuai dengan tahap kedua dari McWater yaitu emosional. Pada tahap selanjutnya, dengan bertafakur aktitas kognitif seseorang mulai dilibatkan, disinilah tafakur sangat berperan dalam proses pengintegrasian ketiga komponen tadi yaitu fisik, emosi, dan intelektual.
Kemudian jika hasil pengintegrasian seseorang ini ditransendensikan kepada Allah maka kualitas seseorang tadi akan meningkat dari personal menuju transpersonal. Badri (1989) mencontohkan seseorang yang sudah pada tahap transpersonal ini "perasaan kagum manusia terhadap keindahan dan keagungan penciptaan serta perasaan kecil dan hina di tengah malam, yang ia saksikan merupakan fitrah yang sudah diberikan Allah kepada manusia untuk dapat melihat semua yang ada di langit dan di bumi sehingga ia dapat menemukan sang pencipta, merasakan khusuk terhadap-Nya, dan dapat menyembah-Nya. Baik karena takut atau karena cinta". Dari ungkapan tersebut dapat kita lihat bahwa seseorang yang mengakui bahwa keindahan itu adalah ciptaan Allah maka berarti dia sudah memasuki dunia transpersonal.
















Daftar Pustaka
·         Baihaqi, MIF. (2008). Psikologi Pertumbuhan Kepribadian Sehat Untuk Mengembangkan Optimisme. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
·         Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma. 
·         Elsamariso. Kepribadian Tentang Perbedaan Teori Kepribadian Sehat. di Hal. 19 - 25. 
·         Lindsay, Gardner. Editor: Sugiyono. (1993). Psikologi Kepribadian 3 Teori - Teori Kepribadian dan Behavioristik. Kanisius : Yogyakarta. 
·         Rochman, Kholil. (2010). Kesehatan Mental. Yogyakarta : Fajar Media Press.
·          Sarwono, S.W. (2002). Berkenalan dengan Aliran - Aliran dan Tokoh - Tokoh Psikologi. Jakarta : Bulan Bintang.