Sekolah Sebagai Bengkel Tingkah Laku
Oleh : Tain abi nya Nayya
Lebah Indah- Bengkel tingkahlaku? Ea itu adalah
sebutan lain dari lembaga Sekolah atau madrasah. Ada bengkel motor, yang
memperbaiki motor yang rusak. Ada bengkel mobil , yang memperbaiki mobil yang
mogok tak bisa jalan. Ada bengkel elektronika, yang memperbaiki pesawat
elektronika yang tak bisa berfungsi dengan baik.
Bengkel tingkah laku, yaitu tempat untuk memperbaiki
tingkah laku, agar menjadi lebih baik. jika incame nya baik sekolaha akan
meningkatkan sikap yang baik itu, tetapi jika rusak, maka sekolahan akan
memperbaikinya. Berbeda dengan bengkel yang material tadi, bengkel tingkah laku
ini lebih menitik beratkan kepada sikap, hati dan pikiran seseoarng.
Sekolah atau madrasah yang baik itu seharusnya tidak
memilih dan memilah calon siswanya, sebab semua punya hak untuk memperbaiki
diri/ diperbaiki diri dimanapun tempat sekolahan itu. Jadi jika ada
sekolah/madrasah yang menolak seorang calon siswa, berarti ada sedikit tujuan
mulia yang di penggirkan, yaitu tempat untuk memperbaiki/ meningkatkan sikap
dan tingkah laku.
Seorang Ulama’ alaim di Kota Kudus, suatu waktu
berpesan kepada para pengurus dan guru, saat pembukaaan atau pendirian
madrasah, tepatnya di MTs. Hasyim Asy’ari, pesan singkat yang disampaikan
langsung adalah “ jangan sampai madrasah ini menolak murid, apapun latar
belakangnya”. Sartinya itu apa? Ea agar semua orang yang ingin berubah lebih
baik dapat mendapat solusinya di madrasah atau sekolah yang di tuju.
Maka sebagai guru atau pengurus di sebuah lembaga
pendidikan haruys menitik beratkan kepada perbaikan sikap, tingkahlaku, akhlaq
siswa/ seseorang ketimbang hanya menonjolkan otaknya saja.
Pesan seorang Habaib terkeanal di Jawa Tengah
memotivasi kita semua, “ Jangan doakan anakmu supaya menjadio anak yang pintar,
tetapi doa kan anakmu supaya menjdai orang yang benar”. Artinya adalah jika
menjadi orang pintar dengan nilai 9 semua di maple-mapel nya itu belum tentu
benar tingkah lakunya. Tetapi jika anak itu benar dalam semua hal, berarti anak
itu juga pintar.
Pintar belum tentu benar dan benar pasti pintar.
Semoga kita menjadi orang yang benar.
Tulisan ini bersumber dari guru-guru penulis, yang
sekarang masih selalu bersama. Sebagai oto kritik bagi penulis sendiri. Jika
merasa tersinggung berarti kita sama. Harus memeprbaiki diri. Ojo dhumeh.
Salam cerdas dan santun.
*: penulis adalah buruh di sebuah pendidikan agama di
Kudus, juga pemilik Lebah indah collection. Serta masih menjadi mahasiswa
tertua di UMK Kudus, di jurusannya dan angkatannya 2013.