Ini adalah komentar langsung dari Habib M.Luthfi, tentang sholawat.
Jangan tinggal setiap malam setiap malam baca shalawat, paling sedikit tiga ratus kali. Dan cari shalawat yang paling pendek, tidak harus yang panjang. Asal istiqamah membaca shalawat apa saja. Keutamaan shalawat tidak bisa diukur, sebab sholawat itu hubungannya langsung dengan Rasulullah Saw.
Anak2ku, selalulah bersholawat setiap waktu dan setiap detik.
Senin, 27 September 2010
Nama Anak Kita Menurut Habib Luthfi
Saya sangat mengidolakan sekali kepada baginda Nabi Saw. Setiap anak saya yang laki-laki pasti ada Muhammadnya, nanti sambungannya terserah, mau diberi Muhammad Asadullah, Muhammad Habibullah, Muhammad kholilurrahman atau Ahmad Izudin dan lain sebagainya.
Kalau prempuan, putri yang paling dicintai oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Adalah Fatimah, Zainab, Ummi kalsum, Raqaiyah.
Dan istri baginda Nabi Saw Khodijah, ‘Aisah. Cobalah anak-anak kita, kita angkat. Seperti anak saya, saya beri nama Fatimah Ni’matullah az Zainabi, yang kedua Ummu Hanni al Fatimi dan sebagainya tidak meninggalkan dari lafad-lafadz Fatimah karena Fatimah merupakan putri yang paling dicintai oleh baginda nabi Saw.
Sehingga ketika di yaumil mahsyar, hari dikumpulkannya manusia di padang Mahsyar, di panggil Allah SWT. Ya Fatimah binti Muhammad Lutfi, ya Fatimah Binti Husain, indah sekali.
Berilah nama anak anda awalnya Muhammad kalau laki-laki dan disambung Muhammad Sa’dullah atau Muhammad Syifa’ ketiga Muhammad Wafa’, mau diteruskan terserah. Dan kalau prempuan kasihlah nama Fatimah Arinal Muna.
-----------------------------------
Bib, maaf insya Allah nama anak saya yang pertama ini adalah Ainayya Fathiyyaturrahma Anindita, jika perempuan. Jika laki-laki Dhiyaulhaq Zaidan Hasan. Mohon barokah do'anya Bib, suwun. Tain Salwa Kudus.
Kalau prempuan, putri yang paling dicintai oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Adalah Fatimah, Zainab, Ummi kalsum, Raqaiyah.
Dan istri baginda Nabi Saw Khodijah, ‘Aisah. Cobalah anak-anak kita, kita angkat. Seperti anak saya, saya beri nama Fatimah Ni’matullah az Zainabi, yang kedua Ummu Hanni al Fatimi dan sebagainya tidak meninggalkan dari lafad-lafadz Fatimah karena Fatimah merupakan putri yang paling dicintai oleh baginda nabi Saw.
Sehingga ketika di yaumil mahsyar, hari dikumpulkannya manusia di padang Mahsyar, di panggil Allah SWT. Ya Fatimah binti Muhammad Lutfi, ya Fatimah Binti Husain, indah sekali.
Berilah nama anak anda awalnya Muhammad kalau laki-laki dan disambung Muhammad Sa’dullah atau Muhammad Syifa’ ketiga Muhammad Wafa’, mau diteruskan terserah. Dan kalau prempuan kasihlah nama Fatimah Arinal Muna.
-----------------------------------
Bib, maaf insya Allah nama anak saya yang pertama ini adalah Ainayya Fathiyyaturrahma Anindita, jika perempuan. Jika laki-laki Dhiyaulhaq Zaidan Hasan. Mohon barokah do'anya Bib, suwun. Tain Salwa Kudus.
Kumpulan cerita Lucu dan Humor Dita Salwa
Do'a Kilat
Do'a itu macam-macam jenisnya, ada yang panjang-panjang, ada pula yang pendek-pendek. Bagi mereka yang punya banyak waktu luang bisa memilih do'a yang panjang-panjang, dan bagi mereka yang sibuk boleh memilih do'a yang pendek-pendek, yang penting do'anya dimunajatkan dengan khusyu' dan ikhlas.
Kalau misalnya anda kebetulan menemui moment yang super sibuk, jangan lupa untuk tetap berdo'a. Misalnya anda memilih do'a yang pendek, do'a yang sudah pendek itu boleh diwinzip atau dikompress menjadi lebih singkat dan padat, yang biasanya satu paragraf menjadi satu baris saja. Lho..., gimana caranya???
Gampang,...
Pertama, inventarisir dulu apa yang akan anda minta dari Tuhan. Boleh dengan membuat daftar permintaan.
Kedua, yakinkan diri anda. Apakah permintaan anda itu sudah cukup atau belum, atau mungkin ada yang mau ditambahkan ataupun dikurangi.
Ketiga, jangan sekali-kali berburuk sangka bahwa do'a anda tidak akan dipenuhi Tuhan. Dari pada su'udzon kepada Tuhan mendingan nggak usah berdoa saja. Karena itu sama saja dengan buang-buang waktu.
Keempat, jika poin di atas sudah selesai, bubuhkanlah bacaan basmallah, hamdallah, dan shalawat Nabi sebelum anda memanjatkan permintaan anda kepada Tuhan, agar do'a anda sampai ke tujuan dan tidak terkatung-katung di bawah 'Arsy.
Kelima, gantilah daftar permintaan anda yang banyak tadi dengan kalimat sederhana dan singkat yang bunyinya kira-kira begini: "Ya Allah Yang Maha Tahu, Engkau Tahu yang Aku Mau, Maka Kabulkanlah Permintaanku, Amiiin"
Jika ternyata do'a anda tidak dikabulkan Tuhan, jangan segan-segan untuk sering-sering berdo'a kepada-Nya, karena pada akhirnya Dia akan merasa iba juga kepada anda, karena Tuhan memang memang Maha Iba kepada semua makhluk-Nya.
-----------------------------------
Do'a Kubur
Suatu ketika Kiai NU bertemu dengan seorang yang tidak percaya kalau do’a yang dikirimkan kepada ahli kubur akan sampai. Kontan saja terjadi dialog antara ketua umum PBNU ini dengan orang tersebut yang diketahui tidak sepaham dengan orang NU.
“Kami tidak percaya akan do’a yang dikirimkan kepada ahli kubur,karena tidak akan sampai pada yang bersangkutan,”ujar orang tersebut kepada Kiai.
“Lho, bacaan itu untuk mendo’akan orang yang sudah wafat agar terhindar dari siksa kubur. Itu do’a baik,” jelas Kiai.
“Tidak mungkin sampai, pak kyai. Masak orang mati bisa dikirimi do’a, jelas tidak akan bisa sampai,” bantah orang tadi ngotot.
Saking sulitnya orang tersebut mau menerima penjelasan dengan berbagai dalil-dalil yang ada, Kiai NU memberikan pemahaman dengan cara sederhana.
“Kalau sampeyan tidak percaya, sekarang orang tua sampeyan saya do’akan semoga mendapat siksa dari Allah SWT dan masuk neraka. Saya mendo’akan gini sampeyan tidak boleh marah lho, karena do’a itu tidak akan sampai,”kata Kiai sedikit bergurau.
Sontak saja, orang tadi bingung dan akhirnya mempercayai akan do’a yang dikirimkan bagi ahli kubur.
---------------------------------------
Tahlil Kelamaan
Malam itu, seorang santri bandel duduk di pojok ruangan. Kelihatannya ia tidak nyaman. Posisi duduknya berubah berkali kali. Kadang ia bersila, kadang seperti orang sedang duduk tahiyat akhir, kadang kedua tangannya merangkul lutut lalu janggutnya ditempelkan di atas lutut itu. Kadang kepalannya bersandar di tembok sambil mendongak ke atas.
Saat itu sedang diadakan tahlilan untuk salah seorang keluarga santri yang pagi tadi meninggal dunia. Bacaan tahlil kali ini terasa terlalu lama sekali.... Kemudian, usai tahlilan, kiai yang memimpin tahlil memanggil santri itu. Sementara yang lainnya disuruh ke kamar masing-masing. Rupanya kiai tahu gelagat santri itu.
"Tadi kenapa?" kata kiai. "Sakit ya?"
"Tidak kiai."
"Lalu kenapa?"
Santri yang memang terkenal paling bandel ini malah bertanya, "Kenapa tadi tahlillnya lama sekali kiai?"
"Lho almarhum itu malah seneng kalau tahlilnya lama," kata kiai. "Kamu besok juga begitu kalau meninggal."
"Apa iya?"
"Ya iya, kalau tidak percaya tanya aja ke kuburan."
"???"
Malam itu juga kiai memberi ta'zir atau sangsi kepada santri untuk membaca surat Yasiin tiga kali di pemakaman samping pesantren.
----------------------------------------------
Tidur Terlentang
Seperti biasa setiap bulan Kiai Hasyim memberikan kajian khusus masalah fiqih di suatu pondok pesantren. Pada bulan ini beliau membahas tentang hukum tidur telentang. Kia Hasyim menjelaskan bahwa tidur telentang hukumnya haram karena membahayakan keselamatan jiwa manusia.
Sontak, seluruh santri di pondok pesantren yang hadir bengong dan terdiam sekaligus enggan untuk bertanya kepada Kiai Hasyim yang kharismatik itu. Walaupaun Kiai Hasyim menjelaskannya dengan senyum sabagaimana ciri kas para kiai Pondok Pensantren. Tidak terasa, pelajaran figih hukum tidur telentang usai dijelaskan meskipun waktu sudah larut malam dan para santri dalam keadaan kritis mengantuk.
Akhirnya jam dinding berdentang menunjukkan jam 12 malam. Ngaji di pondok pesantren tersebut telah usai. Tetapi dalam perjalanan pulang para santri terheran dengan hukum tidur telentang. Kontan, mereka para santri saling bertanya dan diskusi kecil dan mereka tidur dengan posisi badan miring takut dengan hukum tersebut.
Keesokan harinya pelajaran dilanjutkan dengan diskusi. Namun beberapa santri datang agak terlambat karena bangun agak terlambat. Pada saat diskusi ada seorang santri yang memberanikan diri untuk bertanya mengapa tidur telentang hukumnya haram.
Kia Hasyim, dengan tangkas dan penuh kebapakan berkata, ”Ya, sudah jelas tidur sambil 'telen' 'tang' itu membahayakan bagi keselamatan jiwa makanya hukumnya haram."
"Lha wong, anda tidur sambil telen air saja sulit, kok mau tidur telen tang apalagi bangun tengah malam untuk qiyamul lail,” jelas Kiai Hasyim mengakiri diskusi sambil tersenyum.
---------------------------------------
HP Edan
Seorang kiai mendapat hadiah HP baru yang berukuran agak besar, lebih besar dari HP sebelumnya. HP itu diperoleh dari salah seorang santri yang sudah sukses. Mereknya Nokia, tipe 9210.
Suatu saat, dalam satu pertemuan dengan tokoh politik lokal tiba-tiba HP di saku baju takwa berbunyi dan langsung diangkat sendiri oleh kiai.
"Assalamualaikum, halo halo halo," kata kiai. Tapi suara penelpon tak terdengar. "Ini ada orang nelpon kog ga bisa didengar suaranya," katanya agak kesal.
Kiai tidak tahu kalau HP tipe seperti itu lubang suaranya ada di belakang. "Halo halo..." Tidak ada suara.
"Kebalik Kiai," kata seorang mengingatkan.
Spontanitas kiai langsung membalik halo menjadi, "Loha loha." Dan suara penelpon tetap tak terdengar.
_______________________---------________________
Sudah ea, ini dulu yang kamu punya. Ini saya ambil dari punyane Wong NU pusat. salam to orang-orang NU di dunia, NU ancen ngono-ngono ae hee....
Jangan menyerah, tetap semangat bos,
Do'a itu macam-macam jenisnya, ada yang panjang-panjang, ada pula yang pendek-pendek. Bagi mereka yang punya banyak waktu luang bisa memilih do'a yang panjang-panjang, dan bagi mereka yang sibuk boleh memilih do'a yang pendek-pendek, yang penting do'anya dimunajatkan dengan khusyu' dan ikhlas.
Kalau misalnya anda kebetulan menemui moment yang super sibuk, jangan lupa untuk tetap berdo'a. Misalnya anda memilih do'a yang pendek, do'a yang sudah pendek itu boleh diwinzip atau dikompress menjadi lebih singkat dan padat, yang biasanya satu paragraf menjadi satu baris saja. Lho..., gimana caranya???
Gampang,...
Pertama, inventarisir dulu apa yang akan anda minta dari Tuhan. Boleh dengan membuat daftar permintaan.
Kedua, yakinkan diri anda. Apakah permintaan anda itu sudah cukup atau belum, atau mungkin ada yang mau ditambahkan ataupun dikurangi.
Ketiga, jangan sekali-kali berburuk sangka bahwa do'a anda tidak akan dipenuhi Tuhan. Dari pada su'udzon kepada Tuhan mendingan nggak usah berdoa saja. Karena itu sama saja dengan buang-buang waktu.
Keempat, jika poin di atas sudah selesai, bubuhkanlah bacaan basmallah, hamdallah, dan shalawat Nabi sebelum anda memanjatkan permintaan anda kepada Tuhan, agar do'a anda sampai ke tujuan dan tidak terkatung-katung di bawah 'Arsy.
Kelima, gantilah daftar permintaan anda yang banyak tadi dengan kalimat sederhana dan singkat yang bunyinya kira-kira begini: "Ya Allah Yang Maha Tahu, Engkau Tahu yang Aku Mau, Maka Kabulkanlah Permintaanku, Amiiin"
Jika ternyata do'a anda tidak dikabulkan Tuhan, jangan segan-segan untuk sering-sering berdo'a kepada-Nya, karena pada akhirnya Dia akan merasa iba juga kepada anda, karena Tuhan memang memang Maha Iba kepada semua makhluk-Nya.
-----------------------------------
Do'a Kubur
Suatu ketika Kiai NU bertemu dengan seorang yang tidak percaya kalau do’a yang dikirimkan kepada ahli kubur akan sampai. Kontan saja terjadi dialog antara ketua umum PBNU ini dengan orang tersebut yang diketahui tidak sepaham dengan orang NU.
“Kami tidak percaya akan do’a yang dikirimkan kepada ahli kubur,karena tidak akan sampai pada yang bersangkutan,”ujar orang tersebut kepada Kiai.
“Lho, bacaan itu untuk mendo’akan orang yang sudah wafat agar terhindar dari siksa kubur. Itu do’a baik,” jelas Kiai.
“Tidak mungkin sampai, pak kyai. Masak orang mati bisa dikirimi do’a, jelas tidak akan bisa sampai,” bantah orang tadi ngotot.
Saking sulitnya orang tersebut mau menerima penjelasan dengan berbagai dalil-dalil yang ada, Kiai NU memberikan pemahaman dengan cara sederhana.
“Kalau sampeyan tidak percaya, sekarang orang tua sampeyan saya do’akan semoga mendapat siksa dari Allah SWT dan masuk neraka. Saya mendo’akan gini sampeyan tidak boleh marah lho, karena do’a itu tidak akan sampai,”kata Kiai sedikit bergurau.
Sontak saja, orang tadi bingung dan akhirnya mempercayai akan do’a yang dikirimkan bagi ahli kubur.
---------------------------------------
Tahlil Kelamaan
Malam itu, seorang santri bandel duduk di pojok ruangan. Kelihatannya ia tidak nyaman. Posisi duduknya berubah berkali kali. Kadang ia bersila, kadang seperti orang sedang duduk tahiyat akhir, kadang kedua tangannya merangkul lutut lalu janggutnya ditempelkan di atas lutut itu. Kadang kepalannya bersandar di tembok sambil mendongak ke atas.
Saat itu sedang diadakan tahlilan untuk salah seorang keluarga santri yang pagi tadi meninggal dunia. Bacaan tahlil kali ini terasa terlalu lama sekali.... Kemudian, usai tahlilan, kiai yang memimpin tahlil memanggil santri itu. Sementara yang lainnya disuruh ke kamar masing-masing. Rupanya kiai tahu gelagat santri itu.
"Tadi kenapa?" kata kiai. "Sakit ya?"
"Tidak kiai."
"Lalu kenapa?"
Santri yang memang terkenal paling bandel ini malah bertanya, "Kenapa tadi tahlillnya lama sekali kiai?"
"Lho almarhum itu malah seneng kalau tahlilnya lama," kata kiai. "Kamu besok juga begitu kalau meninggal."
"Apa iya?"
"Ya iya, kalau tidak percaya tanya aja ke kuburan."
"???"
Malam itu juga kiai memberi ta'zir atau sangsi kepada santri untuk membaca surat Yasiin tiga kali di pemakaman samping pesantren.
----------------------------------------------
Tidur Terlentang
Seperti biasa setiap bulan Kiai Hasyim memberikan kajian khusus masalah fiqih di suatu pondok pesantren. Pada bulan ini beliau membahas tentang hukum tidur telentang. Kia Hasyim menjelaskan bahwa tidur telentang hukumnya haram karena membahayakan keselamatan jiwa manusia.
Sontak, seluruh santri di pondok pesantren yang hadir bengong dan terdiam sekaligus enggan untuk bertanya kepada Kiai Hasyim yang kharismatik itu. Walaupaun Kiai Hasyim menjelaskannya dengan senyum sabagaimana ciri kas para kiai Pondok Pensantren. Tidak terasa, pelajaran figih hukum tidur telentang usai dijelaskan meskipun waktu sudah larut malam dan para santri dalam keadaan kritis mengantuk.
Akhirnya jam dinding berdentang menunjukkan jam 12 malam. Ngaji di pondok pesantren tersebut telah usai. Tetapi dalam perjalanan pulang para santri terheran dengan hukum tidur telentang. Kontan, mereka para santri saling bertanya dan diskusi kecil dan mereka tidur dengan posisi badan miring takut dengan hukum tersebut.
Keesokan harinya pelajaran dilanjutkan dengan diskusi. Namun beberapa santri datang agak terlambat karena bangun agak terlambat. Pada saat diskusi ada seorang santri yang memberanikan diri untuk bertanya mengapa tidur telentang hukumnya haram.
Kia Hasyim, dengan tangkas dan penuh kebapakan berkata, ”Ya, sudah jelas tidur sambil 'telen' 'tang' itu membahayakan bagi keselamatan jiwa makanya hukumnya haram."
"Lha wong, anda tidur sambil telen air saja sulit, kok mau tidur telen tang apalagi bangun tengah malam untuk qiyamul lail,” jelas Kiai Hasyim mengakiri diskusi sambil tersenyum.
---------------------------------------
HP Edan
Seorang kiai mendapat hadiah HP baru yang berukuran agak besar, lebih besar dari HP sebelumnya. HP itu diperoleh dari salah seorang santri yang sudah sukses. Mereknya Nokia, tipe 9210.
Suatu saat, dalam satu pertemuan dengan tokoh politik lokal tiba-tiba HP di saku baju takwa berbunyi dan langsung diangkat sendiri oleh kiai.
"Assalamualaikum, halo halo halo," kata kiai. Tapi suara penelpon tak terdengar. "Ini ada orang nelpon kog ga bisa didengar suaranya," katanya agak kesal.
Kiai tidak tahu kalau HP tipe seperti itu lubang suaranya ada di belakang. "Halo halo..." Tidak ada suara.
"Kebalik Kiai," kata seorang mengingatkan.
Spontanitas kiai langsung membalik halo menjadi, "Loha loha." Dan suara penelpon tetap tak terdengar.
_______________________---------________________
Sudah ea, ini dulu yang kamu punya. Ini saya ambil dari punyane Wong NU pusat. salam to orang-orang NU di dunia, NU ancen ngono-ngono ae hee....
Jangan menyerah, tetap semangat bos,
NU Menyambut Syawal 1431 H
Bismillahirrahmanirrahim
Puasa Ramadhan adalah sarana untuk mencapai ketakwaan dan merupakan kesempatan bagi umat Islam untuk mencapai jiwa yang fitri. Kesempatan ini hendaklah digunakan sebaik-baiknya untuk melaksanakan amal ibadah. Selanjutnya untuk menyongsong hadirnya Idul Fitri yang penuh berkah ini hendaklah warga NU:
1. Meningkatkan tali silaturrahim dengan mengunjungi sanak saudara, sahabat dan keluarga agar tercipta kehidupan rukun dan dan damai, sebagai sarana untuk menciptakan masyarakat kekeluargaan. Langkah ini penting untuk mengatasi semangat individualisme yang telah mengarah pada disintegrasi sosial.
2. Menjalankan pola hidup sederhana agar bisa menolong saudara yang lain yang kurang beruntung yang kebetulan jumlahnya sangat banyak, yang sangat membutuhkan solidaritas dan santunan. Sesuai dengan pandangan agama bahwa hakekat Idul Fitri bukan ditandai dengan sarana serba baru, tetapi ditandai dengan meningkatnya ketakwaan.
3. Dalam merayakan Idul Fitri hendaklah tetap menjaga ketertiban dan bertenggang rasa dalam setiap perbedaan agar tercipta persaudaraan sesama muslim (ukhuwah Islamiyah) dan persaudaraan sebangsa dan setanah air (ukhuwah wathoniyah), sehingga integrasi nasional tetap kokoh dan negeri ini tetap aman menghadapi ancaman apapun.
Taushiyah ini didasari dari kenyataan di tengah masyarakat yang masih memerlukan bimbingan dalam kelaksanakan Lebaran, agar tidak terjerumus dalam pola hidup isyrof (berfoya-foya), sementara agama terus menganjurkan agar kaum muslimin selalu bersikap zuhud. Demikian sampaikan, dengan harapan bisa diamalkan dengan sungguh-sungguh.
Jakarta, 30 Ramadhan 1431 H / 9 September 2010 M
KH Said Aqil Siradj
Ketua Umum PBNU
Puasa Ramadhan adalah sarana untuk mencapai ketakwaan dan merupakan kesempatan bagi umat Islam untuk mencapai jiwa yang fitri. Kesempatan ini hendaklah digunakan sebaik-baiknya untuk melaksanakan amal ibadah. Selanjutnya untuk menyongsong hadirnya Idul Fitri yang penuh berkah ini hendaklah warga NU:
1. Meningkatkan tali silaturrahim dengan mengunjungi sanak saudara, sahabat dan keluarga agar tercipta kehidupan rukun dan dan damai, sebagai sarana untuk menciptakan masyarakat kekeluargaan. Langkah ini penting untuk mengatasi semangat individualisme yang telah mengarah pada disintegrasi sosial.
2. Menjalankan pola hidup sederhana agar bisa menolong saudara yang lain yang kurang beruntung yang kebetulan jumlahnya sangat banyak, yang sangat membutuhkan solidaritas dan santunan. Sesuai dengan pandangan agama bahwa hakekat Idul Fitri bukan ditandai dengan sarana serba baru, tetapi ditandai dengan meningkatnya ketakwaan.
3. Dalam merayakan Idul Fitri hendaklah tetap menjaga ketertiban dan bertenggang rasa dalam setiap perbedaan agar tercipta persaudaraan sesama muslim (ukhuwah Islamiyah) dan persaudaraan sebangsa dan setanah air (ukhuwah wathoniyah), sehingga integrasi nasional tetap kokoh dan negeri ini tetap aman menghadapi ancaman apapun.
Taushiyah ini didasari dari kenyataan di tengah masyarakat yang masih memerlukan bimbingan dalam kelaksanakan Lebaran, agar tidak terjerumus dalam pola hidup isyrof (berfoya-foya), sementara agama terus menganjurkan agar kaum muslimin selalu bersikap zuhud. Demikian sampaikan, dengan harapan bisa diamalkan dengan sungguh-sungguh.
Jakarta, 30 Ramadhan 1431 H / 9 September 2010 M
KH Said Aqil Siradj
Ketua Umum PBNU
Arah Kiblat di Indonesia
Makkah 21o25’ LU 39o50’ BT menjadi kiblat bagi ahlul ardli termasuk Indonesia.
Arah kiblat dari Indonesia ke Makkah : ke barat laut dengan ukuran derajat bervariasi sesuai dengan letak tiap kawasan pada garis lintang dan garis bujur. Contoh :
Kawasan lintang utara :
1. Sabang 05o54’ LU 095o21’ BT : 21o56’08” AQ
2. Banda Aceh 05o35’ LU 095o20’ BT : 22o08’13” AQ
3. Medan 03o38’ LU 098o38’ BT : 22o44’46” AQ
4. Pekanbaru 00o36’ LU 101o14’ BT : 23o46’18” AQ
5. Sambas 01o18’ LU 109o18’ BT : 22o18’19” AQ
6. Tarakan 03o18’ LU 117o35’ BT : 21o12’59” AQ
7. Gorontalo 00o34’ LU 123o05’ BT : 21o29’37” AQ
8. Manado 01o33’ LU 124o53’ BT : 21o21’58” AQ
Kawasan katulistiwa :
Pontianak 00o00’ katulistiwa 109o22’ BT : 22o44’37” AQ
Kawasan lintang selatan :
1. Padang 00o57’ LS 100o21’ BT : 24o41’51” AQ
2. Jambi 01o36’ LS 103o38’ BT : 24o15’42” AQ
3. Palembang 02o59’ LS 104o47’ BT : 25o36’33” AQ
4. Bandar Lampung 05o25’ LS 105o17’ BT : 25o17’11” AQ
5. Serang 06o08’ LS 106o09’ BT : 25o18’03” AQ
6. Tangerang 06o12’ LS 106o38’ BT : 25o11’55” AQ
7. Jakarta 06o10’ LS 106o49’ BT : 25o08’31” AQ
8. Pelabuhanratu 07o01’ LS 106o03’ BT : 25o36’23” AQ
9. Bandung 06o57’ LS 107o34’ BT : 25o11’10” AQ
10. Yogyakarta 07o48’ LS 110o21’ BT : 24o42’46” AQ
11. Semarang 07o00’ LS 110o24’ BT : 24o30’17” AQ
12. Surabaya 07o15’ LS 112o45’ BT : 24o01’45” AQ
13. Palangkaraya 02o16’ LS 113o56’ BT : 22o43’23” AQ
14. Banjarmasin 03o22’ LS 114o40’ BT : 22o51’38” AQ
15. Samarinda 00o28’ LS 117o11’ BT : 21o59’21” AQ
16. Ujungpandang 05o08’ LS 119o27’ BT : 22o28’04” AQ
17. Kendari 03o57’ LS 122o35’ BT : 21o57’36” AQ
18. Denpasar 08o37’ LS 115o13’ BT : 23o44’32” AQ
19. Mataram 08o36’ LS 116o08’ BT : 23o32’22” AQ
20. Kupang 10o12’ LS 123o35’ BT : 22o10’57” AQ
21. Ambon 03o42’ LS 128o14’ BT : 21o28’23” AQ
22. Fakfak 03o52’ LS 132o20’ BT : 21o14’40” AQ
23. Jayapura 02o28’ LS 140o38’ BT : 22o09’12” AQ
24. Sorong 00o50’ LS 131o15’ BT : 21o24’10” AQ
25. Merauke 08o30’ LS 140o27’ BT : 20o09’06” AQ
Isu tentang adanya pergeseran arah qiblat dari sebagian besar masjid di Indonesia akibat gempa masih harus dibuktikan dengan penelitian yang seksama secara ilmiah melibatkan sejumlah ahli dari berbagai disiplin ilmu, termasuk ahli hisab-fiqh. Masjid-masjid yang arah qiblatnya tidak tepat pada umumnya disebabkan oleh kurang cermatnya dalam mengukur arah qiblat sejak awal mula memulai pembangunan masjid. Masjid-masjid yang sejak awal mula ketika memulai pembangunan sudah didasarkan pada pengukuran arah qiblat yang benar, ternyata hingga sekarang masih tetap standar.
Posisi Arah Barat Indonesia
A. Garis lintang 0o dari Pontianak ke barat melewati Kepri, Riau, Sumatera Barat, Samudra Hindia sampai ke Somalia selatan, tepatnya di utara kota Kismayu.
B. Semua daerah Indonesia yang berada di Lintang Utara dan beberapa daerah yang berada di Lintang Selatan bila ditarik garis ke barat akan bertemu dengan negara Somalia. Beberapa wilayah Indonesia tersebut yaitu :
Wilayah lintang utara :
1. Sabang
2. Banda Aceh
3. Medan
4. Pekanbaru
5. Sambas
6. Tarakan
7. Samarinda
8. Gorontalo
9. Manado
Wilayah lintang selatan :
1. Padang
2. Jambi
3. Palangkaraya
4. Sorong
5. Jayapura
C. Daerah Indonesia yang berada di Lintang Selatan bila ditarik garis ke barat ada dua kemungkinan, yaitu bertemu dengan negara Kenya dan negara Tanzania. Daerah-daerah yang bertemu dengan negara Kenya yaitu :
1. Palembang
2. Banjarmasin
3. Kendari
4. Ambon
5. Fakfak
Daerah-daerah yang bertemu dengan negara Tanzania :
1. Bandar Lampung
2. Serang
3. Tangerang
4. Jakarta
5. Pelabuhanratu
6. Bandung
7. Yogyakarta
8. Semarang
9. Surabaya
10. Ujungpandang
11. Denpasar
12. Mataram
13. Kupang
14. Merauke
Arah kiblat dari Indonesia ke Makkah : ke barat laut dengan ukuran derajat bervariasi sesuai dengan letak tiap kawasan pada garis lintang dan garis bujur. Contoh :
Kawasan lintang utara :
1. Sabang 05o54’ LU 095o21’ BT : 21o56’08” AQ
2. Banda Aceh 05o35’ LU 095o20’ BT : 22o08’13” AQ
3. Medan 03o38’ LU 098o38’ BT : 22o44’46” AQ
4. Pekanbaru 00o36’ LU 101o14’ BT : 23o46’18” AQ
5. Sambas 01o18’ LU 109o18’ BT : 22o18’19” AQ
6. Tarakan 03o18’ LU 117o35’ BT : 21o12’59” AQ
7. Gorontalo 00o34’ LU 123o05’ BT : 21o29’37” AQ
8. Manado 01o33’ LU 124o53’ BT : 21o21’58” AQ
Kawasan katulistiwa :
Pontianak 00o00’ katulistiwa 109o22’ BT : 22o44’37” AQ
Kawasan lintang selatan :
1. Padang 00o57’ LS 100o21’ BT : 24o41’51” AQ
2. Jambi 01o36’ LS 103o38’ BT : 24o15’42” AQ
3. Palembang 02o59’ LS 104o47’ BT : 25o36’33” AQ
4. Bandar Lampung 05o25’ LS 105o17’ BT : 25o17’11” AQ
5. Serang 06o08’ LS 106o09’ BT : 25o18’03” AQ
6. Tangerang 06o12’ LS 106o38’ BT : 25o11’55” AQ
7. Jakarta 06o10’ LS 106o49’ BT : 25o08’31” AQ
8. Pelabuhanratu 07o01’ LS 106o03’ BT : 25o36’23” AQ
9. Bandung 06o57’ LS 107o34’ BT : 25o11’10” AQ
10. Yogyakarta 07o48’ LS 110o21’ BT : 24o42’46” AQ
11. Semarang 07o00’ LS 110o24’ BT : 24o30’17” AQ
12. Surabaya 07o15’ LS 112o45’ BT : 24o01’45” AQ
13. Palangkaraya 02o16’ LS 113o56’ BT : 22o43’23” AQ
14. Banjarmasin 03o22’ LS 114o40’ BT : 22o51’38” AQ
15. Samarinda 00o28’ LS 117o11’ BT : 21o59’21” AQ
16. Ujungpandang 05o08’ LS 119o27’ BT : 22o28’04” AQ
17. Kendari 03o57’ LS 122o35’ BT : 21o57’36” AQ
18. Denpasar 08o37’ LS 115o13’ BT : 23o44’32” AQ
19. Mataram 08o36’ LS 116o08’ BT : 23o32’22” AQ
20. Kupang 10o12’ LS 123o35’ BT : 22o10’57” AQ
21. Ambon 03o42’ LS 128o14’ BT : 21o28’23” AQ
22. Fakfak 03o52’ LS 132o20’ BT : 21o14’40” AQ
23. Jayapura 02o28’ LS 140o38’ BT : 22o09’12” AQ
24. Sorong 00o50’ LS 131o15’ BT : 21o24’10” AQ
25. Merauke 08o30’ LS 140o27’ BT : 20o09’06” AQ
Isu tentang adanya pergeseran arah qiblat dari sebagian besar masjid di Indonesia akibat gempa masih harus dibuktikan dengan penelitian yang seksama secara ilmiah melibatkan sejumlah ahli dari berbagai disiplin ilmu, termasuk ahli hisab-fiqh. Masjid-masjid yang arah qiblatnya tidak tepat pada umumnya disebabkan oleh kurang cermatnya dalam mengukur arah qiblat sejak awal mula memulai pembangunan masjid. Masjid-masjid yang sejak awal mula ketika memulai pembangunan sudah didasarkan pada pengukuran arah qiblat yang benar, ternyata hingga sekarang masih tetap standar.
Posisi Arah Barat Indonesia
A. Garis lintang 0o dari Pontianak ke barat melewati Kepri, Riau, Sumatera Barat, Samudra Hindia sampai ke Somalia selatan, tepatnya di utara kota Kismayu.
B. Semua daerah Indonesia yang berada di Lintang Utara dan beberapa daerah yang berada di Lintang Selatan bila ditarik garis ke barat akan bertemu dengan negara Somalia. Beberapa wilayah Indonesia tersebut yaitu :
Wilayah lintang utara :
1. Sabang
2. Banda Aceh
3. Medan
4. Pekanbaru
5. Sambas
6. Tarakan
7. Samarinda
8. Gorontalo
9. Manado
Wilayah lintang selatan :
1. Padang
2. Jambi
3. Palangkaraya
4. Sorong
5. Jayapura
C. Daerah Indonesia yang berada di Lintang Selatan bila ditarik garis ke barat ada dua kemungkinan, yaitu bertemu dengan negara Kenya dan negara Tanzania. Daerah-daerah yang bertemu dengan negara Kenya yaitu :
1. Palembang
2. Banjarmasin
3. Kendari
4. Ambon
5. Fakfak
Daerah-daerah yang bertemu dengan negara Tanzania :
1. Bandar Lampung
2. Serang
3. Tangerang
4. Jakarta
5. Pelabuhanratu
6. Bandung
7. Yogyakarta
8. Semarang
9. Surabaya
10. Ujungpandang
11. Denpasar
12. Mataram
13. Kupang
14. Merauke
Sejarah Kota Boyolali
Asal mula nama BOYOLALI menurut cerita serat Babad Pengging Serat Mataram, nama Boyolali
tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan
Pengging, nama Boyolali belum dikenal.
Dalam Menurut legenda nama BOYOLALI berhubungan dengan ceritera Ki Ageng Pandan
Arang (Bupati Semarang pada abad XVI. Alkisah, Ki Ageng Pandan Arang yang lebih dikenal
dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh Sunan Kalijogo sebagai Wali penutup
menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh Sunan Kalijogo, Ki Ageng Pandan Arang diutus
untuk menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk syiar agama Islam.
Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat Ki Ageng banyak menemui
rintangan dan batu sandungan sebagai ujian. Ki Ageng berjalan cukup jauh meninggalkan
anak dan istri ketika berada di sebuah hutan belantara beliau dirampok oleh tiga orang
yang mengira beliau membawa harta benda ternyata dugaan itu keliru maka tempat
inilah sekarang dikenal dengan nama SALATIGA. Perjalanan diteruskan hingga sampailah
disuatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel dan tempat inilah
sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Boyolali.
Dalam menempuh perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan
anak dan istri. Sambil menunggu mereka, Ki Ageng Beristirahat di sebuah Batu
Besar yang berada di tengah sungai. Dalam istirahatnya Ki Ageng Berucap “ BAYA
WIS LALI WONG IKI” yang dalam bahasa Indonesia artinya “Sudah lupakah orang ini”.
Dari kata Baya Wis Lali/ maka jadilah nama BOYOLALI. Batu besar yang berada di
Kali Pepe yang membelah kota Boyolali mungkinkah ini tempat beristirahat Ki Ageng
Pandan Arang. Mungkin tak ada yang bisa menjawab dan sampai sekarang pun belum
pernah ada meneliti tentang keberadaan batu ini.
Demikian juga sebuah batu yang cukup besar yang berada di depan Pasar
Sunggingan Boyolali, konon menurut masyarakat setempat batu ini dulu adalah
tempat untuk beristirahat Nyi Ageng Pandan Arang. Dalam istirahatnya Nyi Ageng
mengetuk-ngetukan tongkatnya di batu ini dan batu ini menjadi berlekuk-lekuk
mirip sebuah dakon (mainan anak-anak tempo dulu). Karena batu ini mirip dakon,
masyarakat disekitar Pasar Sunggingan menyebutnya mBah Dakon dan hingga
sekarang batu ini dikeramatkan oleh penduduk dan merekapun tak ada yang berani
mengusiknya.
Siapa pernah kesana? saya belum tuh he.....
tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan
Pengging, nama Boyolali belum dikenal.
Dalam Menurut legenda nama BOYOLALI berhubungan dengan ceritera Ki Ageng Pandan
Arang (Bupati Semarang pada abad XVI. Alkisah, Ki Ageng Pandan Arang yang lebih dikenal
dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh Sunan Kalijogo sebagai Wali penutup
menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh Sunan Kalijogo, Ki Ageng Pandan Arang diutus
untuk menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk syiar agama Islam.
Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat Ki Ageng banyak menemui
rintangan dan batu sandungan sebagai ujian. Ki Ageng berjalan cukup jauh meninggalkan
anak dan istri ketika berada di sebuah hutan belantara beliau dirampok oleh tiga orang
yang mengira beliau membawa harta benda ternyata dugaan itu keliru maka tempat
inilah sekarang dikenal dengan nama SALATIGA. Perjalanan diteruskan hingga sampailah
disuatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel dan tempat inilah
sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Boyolali.
Dalam menempuh perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan
anak dan istri. Sambil menunggu mereka, Ki Ageng Beristirahat di sebuah Batu
Besar yang berada di tengah sungai. Dalam istirahatnya Ki Ageng Berucap “ BAYA
WIS LALI WONG IKI” yang dalam bahasa Indonesia artinya “Sudah lupakah orang ini”.
Dari kata Baya Wis Lali/ maka jadilah nama BOYOLALI. Batu besar yang berada di
Kali Pepe yang membelah kota Boyolali mungkinkah ini tempat beristirahat Ki Ageng
Pandan Arang. Mungkin tak ada yang bisa menjawab dan sampai sekarang pun belum
pernah ada meneliti tentang keberadaan batu ini.
Demikian juga sebuah batu yang cukup besar yang berada di depan Pasar
Sunggingan Boyolali, konon menurut masyarakat setempat batu ini dulu adalah
tempat untuk beristirahat Nyi Ageng Pandan Arang. Dalam istirahatnya Nyi Ageng
mengetuk-ngetukan tongkatnya di batu ini dan batu ini menjadi berlekuk-lekuk
mirip sebuah dakon (mainan anak-anak tempo dulu). Karena batu ini mirip dakon,
masyarakat disekitar Pasar Sunggingan menyebutnya mBah Dakon dan hingga
sekarang batu ini dikeramatkan oleh penduduk dan merekapun tak ada yang berani
mengusiknya.
Siapa pernah kesana? saya belum tuh he.....
Tradisi Manten Mubeng masjid di Loram Kulon
Di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus,hingga kini ada tradisi Nganten Mubeng di Masjid Wali. Tradisi ini mewajibkan para pengantin baru melewati pintu Barat dan Timur masjid yang berupa gapura klasik batu bata merah bercorak Hindu sebagai prosesi ijab qobul.
Mengapa mereka melaksanakan tradisi itu? Tokoh masyarakat Desa Loram Kulon, Misbahuddin di Kudus, ketika ditemui, Jumat (26/2), menyatakan tradisi Nganten Mubeng tersebut merupakan upaya mengingatkan dan mendekatkan cikal bakal keluarga baru agar selalu dekat dengan Allah.
Tradisi yang menjadi ciri khas umat Islam yang tinggal di sekitar Masjid Wali, tidak terlepas dari sejarah Masjid Wali atau At-Taqwa.
Masjid yang terletak sekitar dua kilometer dari Jalan Raya Kudus-Semarang, didirikan pada 1596-1597 pada masa peralihan Hindu-Buddha ke Islam. Masjid ini dibangun Tjie Wie Gwan, seorang pengembara Muslim dari Campa, China, yang mendarat di Jepara semasa pemerintahan Ratu Kalinyamat. Waktu itu, Jepara masih di bawah Kerajaan Demak.
Seiring berjalannya waktu, Wie Gwan yang menjadi orang kepercayaan Sultan Hadirin (suami Ratu Kalinyamat), dipercaya menyebarkan agama Islam di Kudus. Bersama Sultan Hadirin yang juga menantu Sunan Kudus, Wie Gwan membuat masjid dengan gapura menyerupai pura di Bali.
Bangunan masjid yang terbuat dari kayu jati, dilengkapi menara, sumur tempat wudlu, dan beduk. Berkat jasanya tersebut, Ratu Kalinyamat menganugerahi Wie Gwan nama baru, Sungging Badar Duwung.
"Sungging berarti ahli ukir, badar itu batu, dan duwung itu tatah. Sungging Badar Duwung inilah yang dipercaya sebagai cikal bakal seni ukir Kudus," kata juru jaga situs Masjid Wali, Afroh Amanuddin.
Wie Gwan konon menyebarkan ajaran Islam melalui pendekatan budaya, seperti nganten mubeng, sedekah nasi kepel (nasi yang dibungkus daun jati), dan ampyang (kerupuk berwarna-warni yang terbuat dari tepung) maulid.
Afroh mengatakan, pada awal 1990-an, masjid tersebut direhabilitasi karena kayu-kayu di bangunan tersebut sudah lapuk termakan usia. Masjid yang semula berdinding papan dan berangka kayu itu pun berubah menjadi masjid yang berdinding tembok dan berangka beton.
Cagar budaya
Meskipun begitu, gapura masjid yang berbentuk seperti pura tetap dipertahankan. Pada 1996 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah menetapkan gapura yang merupakan peninggalan sejarah berusia ratusan tahun tersebut sebagai bangunan cagar budaya.
"Selain gapura, masih ada sejumlah peninggalan lain berupa beduk, sumur, dan ukiran Sungging Badar Duwung. Beberapa peninggalan lain yang pernah ditemukan, seperti gentong berbentuk kepala barongan dan tangga menara masjid, sudah tidak diketahui lagi jejaknya," ujar Afroh.
Tak jauh dari Masjid Wali, tepatnya di timur masjid, terdapat rumah gebyok atau rumah adat Kudus yang dilestarikan. Rumah itu penuh dengan ukiran, beberapa bagian bangunannya terbuat dari kayu jati.
Apakah kalian pernah mubeng masjid Wali Attaqwa Loram Kulon? saya pernah lho, sebab saya dapat kembang desa loram Kulon he....
Mengapa mereka melaksanakan tradisi itu? Tokoh masyarakat Desa Loram Kulon, Misbahuddin di Kudus, ketika ditemui, Jumat (26/2), menyatakan tradisi Nganten Mubeng tersebut merupakan upaya mengingatkan dan mendekatkan cikal bakal keluarga baru agar selalu dekat dengan Allah.
Tradisi yang menjadi ciri khas umat Islam yang tinggal di sekitar Masjid Wali, tidak terlepas dari sejarah Masjid Wali atau At-Taqwa.
Masjid yang terletak sekitar dua kilometer dari Jalan Raya Kudus-Semarang, didirikan pada 1596-1597 pada masa peralihan Hindu-Buddha ke Islam. Masjid ini dibangun Tjie Wie Gwan, seorang pengembara Muslim dari Campa, China, yang mendarat di Jepara semasa pemerintahan Ratu Kalinyamat. Waktu itu, Jepara masih di bawah Kerajaan Demak.
Seiring berjalannya waktu, Wie Gwan yang menjadi orang kepercayaan Sultan Hadirin (suami Ratu Kalinyamat), dipercaya menyebarkan agama Islam di Kudus. Bersama Sultan Hadirin yang juga menantu Sunan Kudus, Wie Gwan membuat masjid dengan gapura menyerupai pura di Bali.
Bangunan masjid yang terbuat dari kayu jati, dilengkapi menara, sumur tempat wudlu, dan beduk. Berkat jasanya tersebut, Ratu Kalinyamat menganugerahi Wie Gwan nama baru, Sungging Badar Duwung.
"Sungging berarti ahli ukir, badar itu batu, dan duwung itu tatah. Sungging Badar Duwung inilah yang dipercaya sebagai cikal bakal seni ukir Kudus," kata juru jaga situs Masjid Wali, Afroh Amanuddin.
Wie Gwan konon menyebarkan ajaran Islam melalui pendekatan budaya, seperti nganten mubeng, sedekah nasi kepel (nasi yang dibungkus daun jati), dan ampyang (kerupuk berwarna-warni yang terbuat dari tepung) maulid.
Afroh mengatakan, pada awal 1990-an, masjid tersebut direhabilitasi karena kayu-kayu di bangunan tersebut sudah lapuk termakan usia. Masjid yang semula berdinding papan dan berangka kayu itu pun berubah menjadi masjid yang berdinding tembok dan berangka beton.
Cagar budaya
Meskipun begitu, gapura masjid yang berbentuk seperti pura tetap dipertahankan. Pada 1996 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah menetapkan gapura yang merupakan peninggalan sejarah berusia ratusan tahun tersebut sebagai bangunan cagar budaya.
"Selain gapura, masih ada sejumlah peninggalan lain berupa beduk, sumur, dan ukiran Sungging Badar Duwung. Beberapa peninggalan lain yang pernah ditemukan, seperti gentong berbentuk kepala barongan dan tangga menara masjid, sudah tidak diketahui lagi jejaknya," ujar Afroh.
Tak jauh dari Masjid Wali, tepatnya di timur masjid, terdapat rumah gebyok atau rumah adat Kudus yang dilestarikan. Rumah itu penuh dengan ukiran, beberapa bagian bangunannya terbuat dari kayu jati.
Apakah kalian pernah mubeng masjid Wali Attaqwa Loram Kulon? saya pernah lho, sebab saya dapat kembang desa loram Kulon he....
Mengenang Habib Ahmad bin Abdullah Al Athas
Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas dilahirkan di kota Hajeriem, Hadramaut, pada tahun 1255 H. Pada masa kecilnya, beliau mendapat didikan langsung dari ayah beliau Al-Habib Abdullah bin Thalib Alatas.
Setelah dirasakan cukup menimba ilmu dari ayahnya, beliau kemudian meneruskan menuntut ilmu kepada para ulama besar yang ada di Hadramaut. Diantara para guru beliau adalah :
* Al-Habib Hasan bin Ali Alkaff
* Al-Habib Al-Qutub Sholeh bin Abdullah Alatas
* Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Abdullah Alatas
* Al-Habib Al-Qutub Thahir bin Umar Alhaddad
* Al-Habib Al-Qutub Idrus bin Umar Alhabsyi
* Al-Habib Ahmad bin Hasan bin Sholeh Al-Bahar
* Al-Habib Muhammad bin Ibrahim Balfagih
Setelah ditempa oleh para ulama besar bahkan para Qutub yang ada di Hadramaut saat itu, keinginan beliau untuk menuntut ilmu seakan tak pernah luntur dan pupus. Hasrat beliau untuk menambah ilmu sedemikian hebat, sehingga untuk itu beliau kemudian melakukan perjalanan ke kota Makkah. Beliau banyak menjumpai ulama-ulama besar yang tinggal di kota Makkah saat itu.
Kesempatan baik ini tak beliau sia-siakan. Beliau berguru kepada mereka. Diantara ulama-ulama besar yang menjadi guru beliau disana adalah :
* As-Sayyid Al-Allamah Ahmad bin Zaini Dahlan (Mufti Makkah saat itu)
* Al-Habib Abdullah bin Muhammad Alhabsyi
* Asy-Syaikh Muhammad bin Said Babsail
* Al-Habib Salim bin Ahmad Alatas
Beliau Al-Habib Ahmad dengan giat dan tekun mengambil ilmu dari mereka. Sehingga tak terasa sudah 12 tahun beliau jalani untuk menimba ilmu disana. Beliau terus mengembangkan keilmuannya, sehingga kapasitas beliau sebagai seorang ulama diakui oleh para ulama kota Makkah saat itu.
Beliau kemudian dianjurkan oleh guru beliau, As-Sayyid Al-Allamah Ahmad bin Zaini Dahlan, untuk memulai terjun ke masyarakat, mengajarkan ilmu dan berdakwah. Mula-mula beliau berdakwah di pinggiran kota Makkah. Beliau tinggal disana selama 7 tahun. Dalam kurun waktu itu, kegiatan dakwah selalu aktif beliau lakukan disana.
Kemudian beliau berkeinginan untuk melanjutkan perjalanan dakwah beliau ke Indonesia. Beliau sampai disini diperkirakan sekitar tahun 1295-1300 H. Setibanya beliau di Indonesia, beliau menuju ke kota Pekalongan dan menetap disana.
Di kota Pekalongan beliau selalu aktif meneruskan kegiatan-kegiatan dakwahnya. Beliau tidak ambil pusing dengan urusan-urusan duniawi. Semua fikrah beliau semata ditujukan untuk kepentingan dakwah. Waktu beliau selalu terisi dengan dakwah, ibadah, dzikir kepada Allah dan rajin membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an. Selain itu, ilmu beliau selalu tampak bercahaya, terpancar melalui akhlak beliau yang mulia. Beliau selalu berperilaku baik, penyayang dan lemah lembut terhadap sesama.
Akan tetapi itupun tidak meniadakan sikap beliau yang selalu ber-nahi mungkar. Jika beliau melihat seseorang yang melakukan suatu kemungkaran, beliau tidak segan-segan untuk menegurnya.
Perkataan-perkataan yang keluar dari mulut beliau, selalu beliau ucapkan dengan shidq. Beliau tidak perduli terhadap siapapun jika ada hak-hak Allah yang dilanggar di hadapan beliau. Sehingga berkat beliau, izzul Islam wal Muslimin tampak terang benderang, menyinari kota Pekalongan.
Disamping itu, dari sebagian jasa-jasa baik beliau, beliau membangun beberapa masjid dan madrasah Salafiyah, yang berjalan pada thariqah para salaf beliau yang shaleh. Rumah beliau selalu penuh dengan tamu dan beliau sambut dengan ramah-tamah. Inilah akhlak beliau yang mensuri-tauladani akhlak dan perilaku datuk-datuk beliau.
Sampai akhirnya beliau dipangil ke hadratillah, pergi menuju keridhaan Allah. Beliau wafat pada tanggal 24 Rajab 1347 H di kota Pekalongan dan dimakamkan disana. Masyarakat berbondong-bondong mengiringi kepergian beliau menghadap Allah. Derai keharuan sangat terasa, membawa suasana syahdu…
Selang setahun kepergian beliau, untuk menghidupkan kembali kesuri-tauladan dan mengenang jasa-jasa baik beliau, setiap tahun di kota tersebut diadakan Haul beliau. Haul tersebut banyak
dihadiri oleh berbagai kalangan umat Islam. Mereka berduyun-duyun dari berbagai kota hadir disana, demi mengenang kehidupan beliau…demi menjemput datangnya nafaahat dan imdaadat.
Habib Ahmad bin Andullah bin Thalib Al-Atthas dikenal sebagai pribadi yang sederhana. Hampir seluruh waktunya habis untuk belajar dan mengajar; melakukan syiar agama islam melalui berbagai pengajian, memberi contoh dengan perbuatannya dan menjadi imam di Masjid Wakaf dekat tempat tinggalnya. Beliau juga dikenal sebagai pribadi istiqamah, tegas memperjuangkan Amar ma’ruf nahi munkar, keras dan tidak pandang bulu, mengatakan yang benar itu benar dan salah itu salah.
Sikap inilah yang membuatnya menjadi tokoh yang diperhitungkan. Sebaliknya, beliau menangis bila mengingat bahwa kelak kita akan menjadi penghuni kubur. Sebab umur kita pendek, dan hidup di dunia ini lebih banyak tipuan. Beliau juga dikenal sebagai orang yang luas ilmunya, sehingga menguasai permasalahan yang ada di masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, beliau sangat sopan dan dicintai banyak orang. Beliau memberikan teladan, sangat kuat amalannya, baik yang wajib maupun yang sunah. Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas dikenal dengan keketatannya pada kaidah pakaian wanita muslim. Orang-orang di kota Pekalongan tahu betul akan hal itu, dan para wanitanya tidak pernah berani berjalan di antara rumahnya dan masjid tanpa menutupi tubuhnya secara ketat.
Pada suatu hari, seorang wanita asing berpakaian impor, yang tampaknya tak memahami keadaan , berjalan di lokasi itu tanpa menutup kepala. Ia berpapasan dengan Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas, dan tiba-tiba sang sufi memukul wanita itu dengan tongkatnya.
Bagi Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas, itu merupakan kewajiban yang harus beliau lakukan.
Orang-orang mengerumuni wanita itu danmenjelaskan situasinya, meminta ia melupakan kejadian itu. Namun, wanita tersebut mengadukan hal itu ke kantor polisi yang di kepalai seorang Belanda. Kepala polisi memerintahkan para pembantu polisi Jawa yang muslim untuk menangkap Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas. Mereka tahu betul siapa Sufi tersebut, dan memilih menolak perintah kepala polisi Belanda itu.
Si kepala polisi menjadi tertarik dan pergi ke rumah Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas sendiri. Namun ia kembali dan tidak melakukan apapun.
“Pada mulanya saya mau menangkap Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas. Tapi saya melihat dua ekor Harimau berada di sebelah kanan dan kirinya.”
Kata kepala polisi kepada anak buahnya.
Sebagai seorang Ulama, Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas dikenal cerdas dan kreatif. Salah satu kecemerlangan pemikiran beliau tampak pada idenya membentuk pendidikan sistim klasikal. Beliaulah orang yang membangun Madarasah salafiah Ibtidaiyah secara klasikal pertama di Pekalongan.
Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas wafat tahun 1929 M di Pekalongan. Sebuah tempat keramat dibangun di makamnya. Dan puteranya, Habib Ali, mulai menggelar haulnya, yang menarik ribuan jemaah setiap tahun. Belakangan yang merawat tempat keramat itu adalah Habib Abdullah Al-Baqir Al-Atthas, cucu Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas.
Setelah dirasakan cukup menimba ilmu dari ayahnya, beliau kemudian meneruskan menuntut ilmu kepada para ulama besar yang ada di Hadramaut. Diantara para guru beliau adalah :
* Al-Habib Hasan bin Ali Alkaff
* Al-Habib Al-Qutub Sholeh bin Abdullah Alatas
* Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Abdullah Alatas
* Al-Habib Al-Qutub Thahir bin Umar Alhaddad
* Al-Habib Al-Qutub Idrus bin Umar Alhabsyi
* Al-Habib Ahmad bin Hasan bin Sholeh Al-Bahar
* Al-Habib Muhammad bin Ibrahim Balfagih
Setelah ditempa oleh para ulama besar bahkan para Qutub yang ada di Hadramaut saat itu, keinginan beliau untuk menuntut ilmu seakan tak pernah luntur dan pupus. Hasrat beliau untuk menambah ilmu sedemikian hebat, sehingga untuk itu beliau kemudian melakukan perjalanan ke kota Makkah. Beliau banyak menjumpai ulama-ulama besar yang tinggal di kota Makkah saat itu.
Kesempatan baik ini tak beliau sia-siakan. Beliau berguru kepada mereka. Diantara ulama-ulama besar yang menjadi guru beliau disana adalah :
* As-Sayyid Al-Allamah Ahmad bin Zaini Dahlan (Mufti Makkah saat itu)
* Al-Habib Abdullah bin Muhammad Alhabsyi
* Asy-Syaikh Muhammad bin Said Babsail
* Al-Habib Salim bin Ahmad Alatas
Beliau Al-Habib Ahmad dengan giat dan tekun mengambil ilmu dari mereka. Sehingga tak terasa sudah 12 tahun beliau jalani untuk menimba ilmu disana. Beliau terus mengembangkan keilmuannya, sehingga kapasitas beliau sebagai seorang ulama diakui oleh para ulama kota Makkah saat itu.
Beliau kemudian dianjurkan oleh guru beliau, As-Sayyid Al-Allamah Ahmad bin Zaini Dahlan, untuk memulai terjun ke masyarakat, mengajarkan ilmu dan berdakwah. Mula-mula beliau berdakwah di pinggiran kota Makkah. Beliau tinggal disana selama 7 tahun. Dalam kurun waktu itu, kegiatan dakwah selalu aktif beliau lakukan disana.
Kemudian beliau berkeinginan untuk melanjutkan perjalanan dakwah beliau ke Indonesia. Beliau sampai disini diperkirakan sekitar tahun 1295-1300 H. Setibanya beliau di Indonesia, beliau menuju ke kota Pekalongan dan menetap disana.
Di kota Pekalongan beliau selalu aktif meneruskan kegiatan-kegiatan dakwahnya. Beliau tidak ambil pusing dengan urusan-urusan duniawi. Semua fikrah beliau semata ditujukan untuk kepentingan dakwah. Waktu beliau selalu terisi dengan dakwah, ibadah, dzikir kepada Allah dan rajin membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an. Selain itu, ilmu beliau selalu tampak bercahaya, terpancar melalui akhlak beliau yang mulia. Beliau selalu berperilaku baik, penyayang dan lemah lembut terhadap sesama.
Akan tetapi itupun tidak meniadakan sikap beliau yang selalu ber-nahi mungkar. Jika beliau melihat seseorang yang melakukan suatu kemungkaran, beliau tidak segan-segan untuk menegurnya.
Perkataan-perkataan yang keluar dari mulut beliau, selalu beliau ucapkan dengan shidq. Beliau tidak perduli terhadap siapapun jika ada hak-hak Allah yang dilanggar di hadapan beliau. Sehingga berkat beliau, izzul Islam wal Muslimin tampak terang benderang, menyinari kota Pekalongan.
Disamping itu, dari sebagian jasa-jasa baik beliau, beliau membangun beberapa masjid dan madrasah Salafiyah, yang berjalan pada thariqah para salaf beliau yang shaleh. Rumah beliau selalu penuh dengan tamu dan beliau sambut dengan ramah-tamah. Inilah akhlak beliau yang mensuri-tauladani akhlak dan perilaku datuk-datuk beliau.
Sampai akhirnya beliau dipangil ke hadratillah, pergi menuju keridhaan Allah. Beliau wafat pada tanggal 24 Rajab 1347 H di kota Pekalongan dan dimakamkan disana. Masyarakat berbondong-bondong mengiringi kepergian beliau menghadap Allah. Derai keharuan sangat terasa, membawa suasana syahdu…
Selang setahun kepergian beliau, untuk menghidupkan kembali kesuri-tauladan dan mengenang jasa-jasa baik beliau, setiap tahun di kota tersebut diadakan Haul beliau. Haul tersebut banyak
dihadiri oleh berbagai kalangan umat Islam. Mereka berduyun-duyun dari berbagai kota hadir disana, demi mengenang kehidupan beliau…demi menjemput datangnya nafaahat dan imdaadat.
Habib Ahmad bin Andullah bin Thalib Al-Atthas dikenal sebagai pribadi yang sederhana. Hampir seluruh waktunya habis untuk belajar dan mengajar; melakukan syiar agama islam melalui berbagai pengajian, memberi contoh dengan perbuatannya dan menjadi imam di Masjid Wakaf dekat tempat tinggalnya. Beliau juga dikenal sebagai pribadi istiqamah, tegas memperjuangkan Amar ma’ruf nahi munkar, keras dan tidak pandang bulu, mengatakan yang benar itu benar dan salah itu salah.
Sikap inilah yang membuatnya menjadi tokoh yang diperhitungkan. Sebaliknya, beliau menangis bila mengingat bahwa kelak kita akan menjadi penghuni kubur. Sebab umur kita pendek, dan hidup di dunia ini lebih banyak tipuan. Beliau juga dikenal sebagai orang yang luas ilmunya, sehingga menguasai permasalahan yang ada di masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, beliau sangat sopan dan dicintai banyak orang. Beliau memberikan teladan, sangat kuat amalannya, baik yang wajib maupun yang sunah. Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas dikenal dengan keketatannya pada kaidah pakaian wanita muslim. Orang-orang di kota Pekalongan tahu betul akan hal itu, dan para wanitanya tidak pernah berani berjalan di antara rumahnya dan masjid tanpa menutupi tubuhnya secara ketat.
Pada suatu hari, seorang wanita asing berpakaian impor, yang tampaknya tak memahami keadaan , berjalan di lokasi itu tanpa menutup kepala. Ia berpapasan dengan Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas, dan tiba-tiba sang sufi memukul wanita itu dengan tongkatnya.
Bagi Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas, itu merupakan kewajiban yang harus beliau lakukan.
Orang-orang mengerumuni wanita itu danmenjelaskan situasinya, meminta ia melupakan kejadian itu. Namun, wanita tersebut mengadukan hal itu ke kantor polisi yang di kepalai seorang Belanda. Kepala polisi memerintahkan para pembantu polisi Jawa yang muslim untuk menangkap Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas. Mereka tahu betul siapa Sufi tersebut, dan memilih menolak perintah kepala polisi Belanda itu.
Si kepala polisi menjadi tertarik dan pergi ke rumah Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas sendiri. Namun ia kembali dan tidak melakukan apapun.
“Pada mulanya saya mau menangkap Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas. Tapi saya melihat dua ekor Harimau berada di sebelah kanan dan kirinya.”
Kata kepala polisi kepada anak buahnya.
Sebagai seorang Ulama, Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas dikenal cerdas dan kreatif. Salah satu kecemerlangan pemikiran beliau tampak pada idenya membentuk pendidikan sistim klasikal. Beliaulah orang yang membangun Madarasah salafiah Ibtidaiyah secara klasikal pertama di Pekalongan.
Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas wafat tahun 1929 M di Pekalongan. Sebuah tempat keramat dibangun di makamnya. Dan puteranya, Habib Ali, mulai menggelar haulnya, yang menarik ribuan jemaah setiap tahun. Belakangan yang merawat tempat keramat itu adalah Habib Abdullah Al-Baqir Al-Atthas, cucu Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas.
NU PAsuruhan Lor mengadakan Halal Bi Halal
Dengan semangat yang masih sama untuk membuat kegiatan, NU Pasuruhan Lor tetap kompak walau banyak rintangan. Sebab acara Yang di hadiri oleh KH. Adnan Kashogi ini belum bisa menarik munat para warga NU untuk hadir, sebab hanya sekitar 25% yang menghadiri acara tersebut.Dari semua jamiyah yang ada di desa.
Tapi tetaplah semangat, ok bos...
Jangan pernah menyerah :-P
Tapi tetaplah semangat, ok bos...
Jangan pernah menyerah :-P
Minggu, 19 September 2010
GP Ansor Pasuruhan Lor Halalbihalal/Silaturohim Ke Tokoh di Pasuruhan Lor
19 september 2010, ahad malam senin, Pengurus Ansor Pasuruhan Lor mengadakan silaturohim ke tokoh NU di Pasuruhan Lor.
Antara lain ke kediaman Bp. Khomsun AH, Bp. Khoirun Nawawi, BP. K.Munajad, Bp. Mahfud Kepala Desa, Bp. Supriyono Carek Desa.
SEm,oga Para pengurus dapat mendapatkan apa yang menjadi cita-citanya, untuk mengumbangkan Ansor di Pasuruhan Lor.
Salam perubahan dari kami.
Antara lain ke kediaman Bp. Khomsun AH, Bp. Khoirun Nawawi, BP. K.Munajad, Bp. Mahfud Kepala Desa, Bp. Supriyono Carek Desa.
SEm,oga Para pengurus dapat mendapatkan apa yang menjadi cita-citanya, untuk mengumbangkan Ansor di Pasuruhan Lor.
Salam perubahan dari kami.
Sabtu, 18 September 2010
Akhirnya Datang Juga
Sekian lama tidak menulis di blog tercinta ini, akhirnya sampai juga di detik ini. Bagaimana sahabat semua, siamnya fullkah? atau bolong-bolong? Semoga saja apapun yang terjadi di romadhon kemarin dapat membuata kita lebih dewasa dalam beribadah.
sekarang yang terpenting di syawal ini bukanlah baju yang baru, tetapi sikap, amal yang lebih baik di tahun ini. jadi harus lebih baik daripada waktu kemarin.
Salam perubahan.
sekarang yang terpenting di syawal ini bukanlah baju yang baru, tetapi sikap, amal yang lebih baik di tahun ini. jadi harus lebih baik daripada waktu kemarin.
Salam perubahan.
Langganan:
Postingan (Atom)