Rabu, 02 Maret 2011

Abu Nayya Belajar Profesional di Loram Kulon

Dalam ceritah hikmah dikisahkan terdapatlah seorang raja yang mencari pegawai untuk ditugaskan merawat kebun bunga. Setelah melalui seleksi, akhirnya terpilihlah seorang akyatnya menjadi pegawai baru.

Melalui petunjuk seniornya, pegawai baru itu mulai melaksanakan tugas-tugasnya, yaitu menyiram, menyiangi, merapikan, dan memupuk tanaman bunga dengan sebaik-baiknya. Pada suatu hari, putra raja yang masih kecil keluar istana tanpa sepengetahuan cara dayang dan ayah bundanya. Sampailah ia di kebun bunga. Ia begitu terpesona dengan keindahan alam yang terdapat di dalamnya. Beraneka ragam bunga yang dihinggapi kupu-kupu yang elok warna membuatnya terpukau, sehingga membuatnya ingin menangkap binatang itu.

Tukang kebun baru sempat melihat putra mahkota berlari-lari mengejar seekor kupu-kupu yang bewarna indah. Ia juga mengetahui terdapat sebuah sumur yang cukup dalam di areal kebun bunga itu. Akan tetapi ia terus saja bekerja, tidak menghirukan sama sekali akan keseamatan sang pangeran, toh sumur tesebut sudah berdinding gumamnya dalam hati. Sampai akhirnya hal yang sepantasnya dikhawatirkanpun terjadi.

Kupu-kupu yang dikejar sang pangeran hinggap pada dinding sumur, dan ketika bermaksud menangkapnya kaki kecil pangeran terpeleset dan jatuhlah sang putra mahkota ke dalam sumur. Me lihat hal tersebut sempat ter bersit dalam benak tukang kebun untuk menolongnya tapi urung dilakukan, ia kembali asyik dengan pekerjaannya tanpa berupaya menolongnya. Ternyata ia menganggap tugasnya hanyalah merawat kebun, sedangkan menjaga sang pangeran adalah tugas pegawai lain.

Singkat cerita sampailah berita kecelakaan yang menimpa putra mahkota ketelinga raja. Walaupun jiwanya masih terselamatkan, akan tetapi kaki pangeran lumpuh sehingga tida bisa berjalan. Dan marahlah sang raja ketika mengetahui bahwa tukang kebun sebenarnya mengetahui keberadaan pangeran kala itu. Maka dipanggillah ia untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan raja. “Apa kamu melihat putraku ketika bermain di dalam kebun?” “Ya Baginda”, jawab tukang kebun.

“Apakah kamu juga melihat ia mendekati sumur waktu itu?” “Ya Baginda” “Dan apakah kamu juga mengetahui ia jatuh kedalamnya?” “Ya Baginda” Raja berusaha menahan amarahnya, kemudian melanjutkan pertanyaannya. “Mengapa kamu membiarkannya dan tidak berusaha menolognya?” “Bukankah tugas hamba hanyalah menyiram, menyiangi, dan memupuk tanaman bunga saja Baginda?” Murkalah sang raja mendengar jawaban tukang kebun. Dan kita dapat menebak bagaimana kelanjutan cerita ini.

Cerita di atas adalah sebuah perumpamaan kehidupan umat Islam di dunia ini. Tugas kita tidaklah cukup dengan beribadah secara individu. Akan tetapi kita adalah rahmat bagi seluruh alam yang mengemban amanah untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa. Saling menjaga agar tidak men dapat murka Allah. Sebagaimana perintah Allah kepada kita,”Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Peenjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka.”(QS. At Tahrim:6)

Maraknya tindak kriminalitas bukanlah tanggung jawab aparat keamanan saja. Se luruh elemen masyarakat dalam kapasitasnya masing-ma sing mempunyai andil untuk ikut menyelesaikannya. Terlebih maraknya tindak kejahatan terorganisir akhir- akhir ini.

Sebagimana Baginda Ali R.A pernah berkata,”Kebaikan yangtidak terorganisir akant dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir” Dalam hal ini kita dapat belajar dari sebuh tim sepakbola. Untuk memenangkan sebuah pertandingan hinggga layak meraih gelar juara, dalam sebuah tim, masing-masing pemain harus mampu menjalankan peran masing-masing sesuai dengan bidangnya.

Seorang kiper berusaha bagaimana tak satupun bola masuk kedalam gawangnya. Ia juga tidak boleh terlalu berangan menjadi top scorer, karena itu adalah bagian pemain di lini depan. Di samping pemain yang terjun ke lapangan masih ada pemain cadangan yang harus bersiaga seaktu-waktu keadaan membutuhkan. Dalam sebuah tim besar tentunya wajib memiliki pelatih, manajer, offi cial crew, tim medis dan petugas lain yang turut mendukung eberhasilannya.

Bahkan sebuah tim besar tentunya didukung pihak sponsor sebagai penyandang dana dan juga supporter yang sportif. Semuanya haruslah dapat menempatkan diri sesuai dengn bidangnya masing- masing. Marilah kita mulai mengukur kapasitas kita masing-masing dengan sejujur-jujurnya, dimana sebenarnya posisi yang paling tepat bagi kita. Apakah kita seorang pemain professional atau sekedar amatiran, sponsor atau supporter? Yang jelas- paling tidak- jangan sampai kita mencetak gol bunuh diri. Wallohu a’lam bish showab.

Dari Gus Nur Mlangi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

salam persahabatan