Pandai Bicara dan Menulis Saja = Neraka
Lebah indah- Guru, Ustadz, Kyai, Khotib dll Haram jika hanya bisa bicara tanpa bisa melakukan apa yang di ucapkan atau di perintahkan kepada anak, umat. Sebab anak, umat akan melihat 2 kali jika akan bertindak jika orang yang memerintah tidak melakukan. HAnya bisa bicara saja. Sekarang banyak kyai, guru, khotib yang hanya pandai dalam beretorika dalam menyampaikan suatu ajaran, perintah, tetapi miskin dalam prakteknya.
Apakah itu sebuah ujian ataukah kesengajaan dan kemalasan dari sebuah tugas, “yang pentingkan sudak kami sampaikan”. Apakah itu yang menjadi alasan? Semoga tidak. Umat, anak didik butuh contoh nyata bukan hanya retorika belaka yang kosong makna. JAngan mimpi memiliki anak sholeh sholikhah, umat yang beradab, bila para guru, kyai, ustadz, khotib hanya pandai dalam berucap saja tanpa memberi tauladan yang baik dan benar. “Melihat satu kali lebih baik dari pada mendengar 100 kali”, kata teman saya di Loram Kudus.
Rasulullah SAW adalah panutan yang agung, yang selalu melaksanakan apa yang di perintahkan. Beliau tidak akan memerintah sebelum beliau melakukan. Shodaqoh, beliau telah lebih dahulu shodaqoh. Sholat, “Sholatlah seperti saya sholat” (SAW) dll.
Ingat pesan Gus Dur dalam Syi’irnya :
Duh bolo konco priyo wanito
Ojo mung ngaji syariat bloko
Gur pinter ndongeng nulis lan moco
Tembe mburine bakal sangsoro
Jangan sampai para guru, ustadz, kyai, khotib akan masuk nereka dan sengsara gara-gara hanya pandai retorika saja tanpa bisa mengamalkan apa yang telah di ucapkannya. Semoga ada perubahan untuk generasi Qur’ani di Bumi Indonesia ini. Khususnya di Jati Kudus. Salam perubahan, salam sengat dan madu. Zzzzzztttt…zzzzttt….(Abu Nayya)